FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KHALAYAK TERHADAP KOMUNIKASI MASSA

07.49 Edit This 0 Comments »
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KHALAYAK TERHADAP KOMUNIKASI MASSA

A.PENDAHULUAN
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besa orang. ini adalah definisi komunikasi massa yang penting sederhana. Dan komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai jenis komunikasi orang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang semua dapat diterima secara serentak elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kita akan melihat faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi khalayak ini dengan mengeluarkan secara sepintas penjelasan Melfin Defleur dan Sandra Ball-Rokeach tentang teori-teori komunikasi dan pendekatan motifasional dari model uses dan gratifikcation.
Teori Defleur dan Ball-Roeach tentang pertemuan dengan media. Defluer dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasakan tiga kerangka teoritis, perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan sosial. Prspektif perbedaan individual memandang bahwa bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut.
persoektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. golongan sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, pendidikan, tempat tinggal, dan kenyakinan beragama menampilkan kategori respon. Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respon kepadanya dengan cara yang hamper sama pula. perspektif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa.
Pendekatan motivasional dan uses and gratification, menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Garevitch, uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan ternetu dari media massa atau sumber-sumber lain tentang pertemuan dengan media berikut.
Dalam pendekatan motivasional dan uses and gratification mempunyai beberapa motif yaitu motif kognitif dan grafikasi media. Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu.
Dan dalam motif kognitif dan gratisikais ini mempunyai beberapa teori-teori yaitu teori konsistensi yang menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungan. Kemudian teori kategorisasi yang menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita, dan teori objektifikasi yang menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal.
Kemudian ada motif efektif dan grafikasi media. Pada motif ini dibagi dua kelompok. Kelompok pertama kita masukkan teori reduksi tegangan, teori ekspresif, teori egodefensif dan teori peneguhan. Pada kelompok kedua kita memasukkan teori penonjolan, teori afiliasi, teori identifikasi dan teori peniruan.
Tapi disini kita akan sedikit membahas tentang bagaimana kaitan reaksi khalayak dengan media. Bagaimana pengaruh media terhadap reaksi khalayak atau mengulas tentang reaksi khalayak terhadap komunikasi massa. Yang dititik beratkan pada teori Defleur dan Ball-Rokeach tentang pertemuan dengan media.

B.RUMUSAN MASALAH
Bagaimana contoh riil tentang pertemuan dengan media pada komunikasi massa?

C.PEMBAHASAN
Media masa adalah faktor lingkungan yang dapat mengubah perilaku khalayak, sedangkan khalayak itu sendiri dianggap sebagai kepala kosong yang siap untuk menampung atau menerima pesan-pesan yang telah diberikan atau disampaikan dari media massa. Apabila beberapa orang melihat tayangan “Dangdut Mani Dadakan” yang ada disalah satu stasiun TV yaitu TPI Makin Asyik Saja, maka dengan tayangan tersebut ada pihak atau personal yang menyukai acara tersebut, tapi juga ada pihak yang tidak menyukai acara tersebut. Semua itu terjadi karena adanya perbedaan individual, mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar, dan lingkungan yang berbeda. Dari situlah mereka akan memilih suatu informasi dari lingkungan yang berbeda pula, mereka yang tidak menyukai acara tersebut dengan alasan terlalu banyak bercandanya dan menjemukan, maka akan memilih acara televisi yang lainnya, yang cocok dengan keinginannya. Sedangkan yang manyukai acara tersebut dengan alasan karena lucu-lucunya peserta ataupun host dalam acara itu tetap setia untuk nonton acara tersebut, mereka menganggap bahwa acara itu dapat menghibur maka reaksi khalayak tersebut ada yang menyukai acara tersebut dan aca yang tidak menyukai acara tersebut.
Juga yang dikatakan Meutia Hatta Swarsono yang merupakan menteri negara permberdayaan perempuan mau menonton senetron asalkan ceritanya membumi, tidak mengada-ada. Ia mengakui jarang bisa menonton televisi karena sibuk bekerja. Pas bisa nonton acara yang ditayangkan yang jelek-jelek, sehingga beliau memilih untuk mematikan televisinya. Ia mengatakan bahwa sinetron yang membumi itu bisa menggantikan kisah-kisah yang tidak masuk akal. Dan film sebaiknya tidak hanya memaparkan sumber persoalan, bukan zamannya lebih menemukan sumber persoalan, tapi menemukan solusinya. Tentang film yang membumi ini, juga tidak mungkin ada yang tidak menyukainya. Justru sebaliknya lebih suka dengan penayangan film kategori sosial. Kemudian dalam perspektif ketegori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Untuk golongan berdasarkan usia, yakni untuk usia anak-anak dalam menyukai tayangan televisi, mereka lebih menyukai tayangan film-film kartun, seperti Naruto, Avatar, Spongbob Querpain, Doremon, Sincan, Popeyed dan film-film kartun yang lainnya. Dan untuk usia seorang ibu-ibu rumah tangga, mereka lebih condong menyukai tayangan tentang acara memasak atau film-film telenovela yang cenderung menceritakan tentang kisah-kisah percintaan dan kisah-kisah perselingkuhan atau sinetron-sinetron seperti yang ditayangkan di salah satu stasiun TV yaitu SCTV Satu Untuk Semua, dalam film Suci, Bunga, dan Cinta Fitri. Dan untuk usia remaja mereka lebih menyukai tentang tayangan seperti infotaimen-infoteimen seperti Kiss, Sensor, Silet, pokoknya yang berbau tentang gosip-gosip selebritis.
Untuk golongan sosial yang berdasarkan jenis kelamin, yaitu untuk para perempuan mereka lebih menyukai tayangan-tayangan seperti acara gosip dan sinetron-sinetron. Sedangkan untuk para laki-laki mereka lebih menyukai atau memilih tentang tayangan olah raga, seperti tinju dan sepak bola.
Untuk golongan sosial berdasarkan tingkat pendapatan, mereka yang pendapatannya lebih dari standar atau tinggi maka tayangan dalam media TV mereka lebih menyukai tentang acara yang menayangkan ada tempat-tempat perbelanjaan. Kalaupun dalam media cetak mereka suka majalah-majalah seperti Sofimartin, yang pada umumnya penggemarnya adalah para wanita. Dan untuk mereka yang pendapatannya dibawah standar atau kurang, mereka lebih suka melihat acara-acara berita dan acara-acara kriminal, atau malah lebih suka ngerumpi alias nggosip ama tetangga karena tidak adanya fasilitas media TV ataupun cetak.
Dari masing-masing sebagian golongan sosial tersebut apabila masing-masing golongan sosial seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan dan yang lainnya maka apabila mereka cenderunga memilih isi komunikasi yang sama maka bila mereka berkomunikasi maka akan memberi respon dengan cara hampir sama juga.
Sedangkan perspektif hubungan sosial yang menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Dalam model ini informasi bergerak melalui dua tahap. Pertama, informasi pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Seorang guru yang mengajar berlaku untu semua guru, umumnya mereka lebih tahu atau lebih paham tentang pengetahuan-pengetahuan yang harus dipelajari oleh seorang siswa, karena guru lebih maksimal membahas atau mendapatkan pengetahuan tersebut lebih awal.
Apabila ada sekelompok individu yang relatif tahu dan sering memperhatikan bahkan menggunakan internet, baik di internet yang ada di HP ataupun mereka yang suka internetan di warnet-warnet, maka sekelompok individu inilah yang kemudian lebih banyak tahu informasi-informasi yang berada di dalam negeri ataupun di luar negeri, sehingga reaksi yang dapat dari media-media tersebut. Mereka lebih banyak tahu tentang informasi-informasi yang perlu di ketahui pada saat itu pula. Teman kita sendiri “cute” alias farida yang hobi banget lihat informasi atau gosip-gosip selebritis dia lebih banyak mengetahui tentang gosip-gosip apa saja yang hangat pada saat ini. Dia tahu karena dia suka atau lebih sering melihat, mendengar, membaca dari internet, acara-acara televisi dan membaca dari majalah.
Kemudian yang kedua informasi bergerak dari orang-orang tersebut, yang disebut pemuka “pendapat” dan kemudian melalui seluruh-seluruh interpersonal disampaikan kepada individu yang tergantung kepada mereka dalam hal informasi. Tadi sebelumnya telah dijelaskan bagaimana informasi bergerak pada kelompok individu, yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Dari contoh di atas guru, pengguna internet, Farida nggosip, mereka akan memberikan informasi pada orang lain dengan interpersonal, dan mereka yang menerima informasi akan bergantung pada pemberi informasi tersebut karena ingin mendapatkan informasi.

D.KESIMPULAN
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi massa. Dalam teori Deflaur dan Ball-Rokeach tentang pertemuan dengan media. Dan dalam teori tersebut terdapat kerangka teoritis, yaitu perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial dan perspektif hubungan sosial. Dan dalam contoh-contoh yang telah ditulis semuanya sesuai dengan teori Defleur dan Ball-Rokeach.

0 komentar: