Bersikap Dermawan di Bulan Ramadan

06.06 Edit This 0 Comments »
Sifat dermawan adalah sifat yang sangat terpuji lagi mulia. Cukup lah bagi kita untuk memahaminya, bahwa Allah swt telah menasbihkan diriNya dengan sifat "al-Karim", Yang Maha Dermawan. Kalau lah tidak karena kedermawanan Allah, kita pasti tidak memiliki apa-apa, tidak kesejahteraan, tidak pula ketentraman. Dermawan juga merupakan sifat para Nabi, para sahabat, serta orang-orang saleh.

Seorang yang dermawan akan ditutupi Allah aib dan keburukannya. Bahkan kebaikan demi kabaikan akan diperolehnya. Seorang penyair Arab pernah mengatakan "Seorang dermawan, apabila engkau memujinya, maka semua orang akan ikut memujinya, namun apabila engkau mencelanya, akan kau dapati bahwa hanya engkau sendiri yang mencelanya".

Dermawan artinya rela berkorban di jalan Allah dengan harta atau bahkan jiwa dan raga. Dermawan bisa terwujud dalam bentuk: uluran tangan untuk memberi sedekah, infak, zakat, bantuan dana pembangunan masjid, sumbangan ke sekolah; ke pasantren; panti asuhan, dan juga termasuk membantu para pengungsi, korban perang dan lain sebagainya. Derwaman merupakan cerminan rasa solidaritas kemanusiaan dari seorang hamba Allah Yang Maha Kasih kepada hamba lainnya yang memerlukan.

Tingkat tertinggi dari kedermawanan adalah "Iitsar", yaitu memberikan sesuatu kepada orang yang lebih memerlukan, padahal ia sendiri masih memerlukannya. Inilah yang digambarkan Allah swt dalah surat al Hashr ayat 9 dalam menceritakan kedemawanan kaum Anshar (penduduk Madinah) kepada kaum Muhajirin yang datang dari Makkah untuk berhijrah.


"Dan mereka ber-itsar (mengutamakan orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan."

Konon ayat ini turun pada seorang sahabat yang dimintai Rasulullah agar bersedia menerima seorang tamu untuk bermalam dirumahnya. Karena rasa hormat sahabat tersebut kepada Rasulullah, maka diterimanya tamu tersebut, padahal ia menyadari tidak memiliki apapun untuk disuguhkan kecuali makan malam yang pas-pasan untuk keluarganya. Sahabat tersebut bersama isterinya lalu meninabobokkan anak-anak mereka hingga mereka tertidur sebelum makan malam, lalu dipadamkannya lampu ruangan sebelum mereka menyuguhkan makan malam kepada sang tamu. Lalu ia duduk bersama tamu berpura-pura ikut menyantap makanan, padahal ia tidak ikut makan karena khawatir akan sedikitnya makanan yang disuguhkan. Pagi harinya Allah mengabadikan sifat kedermawaan sahabat tersebut dalam ayat diatas untuk diingat dan dijadikan suri teladan umat Islam bahwa betapa mulianya sifat dermawan ini.

Kedermawanan seseorang akan menunjukkan keberanian dalam dirinya, karena ia tidak merasa takut akan kehilangan apa yang ia berikan kepada orang lain. Kedermawanan juga mencerminkan iman yang kuat dan kokoh, karena ia yakin bahwa apa yang diberikannya kepada orang lain niscaya akan mendapatkan ganti dari Allah. Inilah apa yang telah dijanjikan oleh Al Qur'an:


"Dan apa yang kalian infakkan, maka Dia (Allah) pasti menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya" (Q.S. Saba' : 34). Dalam sebuah hadis Rasulullah juga bersabda "Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia dan dekat dengan sorga. Sedangkan orang bakhil dan kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia dan dekat dengan Neraka".

Kedermawan yang dianjurkan adalah yang disertai keikhlasan untuk membantu saudara yang memerlukan dan demi mencari keridlaan Allah. Inilah yang akan mendapatkan pahala berlipat ganda dari Allah swt.


"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah, adalah sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendakiNya. Allah maha luas karuniaNya dan lagi maha mengetahui" (al-Baqarah:261).

Di bulan Ramadan ini, patut kita menggugah diri, dengan kacamata kedermawanan untuk menaruh perhatian kepada saudara-saudara kita yang kebetulan bernasib kurang baik. Saudara-saudara kita: yang kelaparan, yang sakit, yang putus sekolah, yang kehilangan pekerjaan dan yang terlunta-lunta di pengungsian. Mereka menantikan uluran tangan, namun sering kita enggan untuk memberikan apa yang labih dari harta yang kita miliki. Puasa kita dengan meninggalkan makan dan minum seharian, tentu mengingatkan kita kepada saudara-saudara kita yang kelaparan dan kehausan, karena kemiskinan dan penderitaan mereka.

Di bulan Ramadan ini, kita selayaknya juga meningkatkan rasa kedermawanan kita sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah. Kedermawanan beliau ketika memasuki bulan Ramadan diibaratkan melebihi kedermawanan hembusan angin yang membawa hujan, kesejukan dan kehidupan bagi alam semesta. (H.R. Muslim).

KEMENANGAN YANG HAKIKI

05.59 Edit This 0 Comments »
Marilah kita perhatikan beberapa kemenangan yang diperoleh kaum muslimin dalam rentang sejarang Islam. Allah swt telah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin dalam berbagai kesempatan, yaitu perang badar, perang al-Ahzab, saat penaklukan kota Makkah, perang Hunain dan berbagai kesempatan lainnya. Semua kemenangan tersebut tidak lain adalah janji-janji Allah yang diberikan kepada mereka yang beriman, "Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman" (QS. Rum : 47).

Allah memberikan pertolongan dan kemenangan karena kaum muslimin tidak begitu saja, namun tentu dengan alasan yang kuat, yaitu karena mereka berpegang teguh pada agama mereka. "Dan Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong(agama)Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma 'ruf dan mencegah kemungkaran, dan kepada Allah lah kembali segala urusan" (Q.S. Al-Haj : 40-41).

Dengan demikian itulah sifat-sifat yang menjadikan orang mukmin berhak mendapatkan pertolongan Allah adalah. Mari kita mencoba mengkaji sifat-sifat tersebut secara lebih rinci:

1.Orang telah diteguhkan kedudukannya oleh Allah di muka bumi. Mereka adalah orang-orang yang telah menegakkan ibadah kepada Allah dengan sempurna. Allah telah berfirman :"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal sholeh, bahwa Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan mengganti kondisi mereka setelah dalam ketakutan menjadi rasa aman sentosa, mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan apapun dengan-Ku" (QS. An-Nur : 55). Jika seorang hamba beribadah secara ikhlas kepada Allah dengan perkataan, perbuatan dan keyakinannya, tidak karena harta atau tujuan-tujuan duniawi lainnya, niscaya Allah akan meneguhkannya di muka bumi ini. Dengan demikian seseorang sebenarnya tidak akan memperoleh kedudukan di muka bumi ini di depan Allah sebelum ia menegakkan agama dan ibadah mereka. Inilah yang bisa kita sebut sebagai "institusi sosial yang mapan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akhlaqul karimah".

2.Mereka yang mendirikan salat dengan khusyu' dan benar. Salat tanpa kekhusyu'an layaknya jasad tanpa roh. Kekhusu'an dalam shalat pada zaman sekarang ini menjadi semakin berharga. Hiruk pikuk kehidupan serta bisingnya informasi dan komunikasi, menjadikan hati manusia sering bercabang-cabang. Ini menjadikan kekhusyu'an semakin sulit didapatkan. Maka tepatlah kalau kekhusyu'an dalam mendirakan salat menjadi salah satu sebab pertolongan Allah, karena pada kekhusyu'an ini tercipta komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya.

Sifat ini menggambarkan kepada "institusi ibadah" yang optimal dalam kehidupan. Ibadah yang tidak saja bernilai ritual namun juga mempunyai nilai yang lebih luas dan mendalam.

3.Menunaikan zakat untuk membersihkan harta dan diri mereka dengan sekaligus menolong saudara mereka yang kesusahan dan fakir miskin. Dengan berzakat, ketimpangan sosial antara kaum punya dan kaum miskin papa bisa diminimalisir. Dan pada gilirannya penerapan institusi zakat akan mengantarkan kepada perekonomian yang seimbang, stabil dan kokoh, namun bersih dari praktek-praktek aniaya dan riba.
Tentu yang dimaksudkan Allah dari sifat ini adalah terciptanya sistem perekonomian yang mapan dan bersih, sesuai dengan spirit yang terkandung dalam ibadah zakat.

4.Mengajak kepada ma'ruf, yaitu kebajikan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, saling mengkoreksi dan mengingatkan dengan saudaranya demi menegakkan syariat Allah. Dalam sebuah hadis diterangkan, 'Perumpamaan seorang mukmin terhadap saudaranya mukmin lainnya adalah seperti bangunan yang saling topang menopang". Itulah tugas seorang mukmin terhadap saudaranya yang seiman.

Yang bisa kita ambil dari sifat ini adalah terciptanya tujuan dan orientasi kehidupan kepada hal yang ma'ruf, kebaikan dan kemaslahatan bersama. Orientasi dan tujuan pengembangan kehidupan tidak dieksploitir hanya karena segelintir kepentingan kelompok atau pribadi, namun lebih mengarah kepada upaya mewujudkan konsep "Rahmatan Lil Alamin", kesejahteraan alam semesta.

5.Mencegah kemungkaran. Mungkar adalah pekerjaan yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya. Mungkar bisa merupakan dosa besar, seperti membunuh dan berzina, ataupun dosa kecil seperti melihat dan mendengar kemaksiatan. Mereka mencegah kemungkaran demi manjaga agama Allah dan melindungi penganutnya dari kerusakan dan kesesatan.
Inilah yang dimaksud dengan penegakan supremasi hukum. Hukum bisa berfungsi sebagai pembela hak kaum tertindas dan mencegah kejahatan dan kemungkaran merajalela. Hukum bisa menegakkan keadilan dan tidak diperkosa untuk mewujudkan kepentingan penguasa. Tentunya ini memerlukan sitem yang bersih dan adil, baik dari segi substansi hukumnya maupun aparat penegaknya.

Jelas lah bahwa ayat-ayat tersebut mengisyarakatkan kepada kita bahwa pertolongan Allah akan diberikan kepada mereka yang menolong penegakkan agamaNya. Dan mereka yang berhak mendapatkan pertolongan Allah adalah mereka yang mampu mewujudkan kondisi-kondisi yang tercermin dari sifat-sifat yang dijelaskan ayat tersebut. Sifat-sifat ini tidak lain juga sifat yang harus ditegakkan oleh kaum muslimin dalam setiap kehidupan dalam berbagai kondisinya. Karena hanya dengan menerapkannya insya Allah pertolongan dan kemenangan akan senantiasa diperoleh.

Bulan Ramadan mengajak kita mengenang perang Badr yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun kedua hijriyah. Kekuatan umat Islam yang sangat kecil dibandingkan dengan kekuatan kaum musyrik, ternyata tidak menghalangi kemenangan mereka. Ini semua menjadi bukti kebenaran firman Allah bahwa kemenangan tersebut tidak lain adalah dari Allah dan berkat pertolongan Allah. Dan Allah memberikan kemenangan karena mereka begitu patuh kepada ajaran-ajaran-Nya dan petunjuk rasul-Nya.

Tentunya semua uraian di atas, sedikit bisa memberi jawaban akan kebingungan kita dalam melihat fenomena kaum muslimin dewasa ini, dimana kekalahan demi kekalahan diderita oleh kaum muslimin. Kemunduran, kemiskinan, kebodohan serta keterbelakangan peradabannya senantiasa kita lihat menghiasi hampir setiap sudut dunia Islam. Apalagi saat ini, kita umat islam telah kalah lagi tidak bisa memberikan jawaban yang berarti atas tuduhan musuh-musuh kita bahwa umat Islam terkait erat dengan tindakan terorisme dunia.

Spirit bulan Ramadan sebagai "Syahrul Fath" (bulan kemenangan), selayaknya kita gairahkan kembali. Dengan meluruskan kembali diri kita, masyarakat kita dan pemerintahan kita kepada jalan yang alur yang benar, janji kemenangan hakiki dari Allah swt pasti kan tiba. Amin.

MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

05.49 Edit This 0 Comments »
Menyambut Ramadhan, banyak acara digelar kaum muslimin. Di antara acara tersebut ada yang telah menjadi tradisi yang “wajib” dilakukan meski syariat tidak pernah memerintahkan untuk membuat berbagai acara tertentu menyambut datangnya bulan mulia tersebut.
Puasa Ramadhan merupakan salah satu dari kewajiban puasa yang ditetapkan syariat yang ditujukan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah k. Hukum puasa sendiri terbagi menjadi dua, yaitu puasa wajib dan puasa sunnah. Adapun puasa wajib terbagi menjadi 3: puasa Ramadhan, puasa kaffarah (puasa tebusan), dan puasa nadzar.

Keutamaan Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an. Allah k berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah: 185)
Pada bulan ini para setan dibelenggu, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka.
Rasulullah n bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِقَتْ أَبْوَابُ النِّيْرَانِ وَصُفِدَتِ الشَّيَاطِيْنُ

“Bila datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggulah para setan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Pada bulan Ramadhan pula terdapat malam Lailatul Qadar. Allah k berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلاَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ. سَلاَمٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbit fajar.” (Al-Qadar: 1-5)

Penghapus Dosa
Ramadhan adalah bulan untuk menghapus dosa. Hal ini berdasar hadits Abu Hurairah z bahwa Rasulullah n bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ لَمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

“Shalat lima waktu, dari Jum’at (yang satu) menuju Jum’at berikutnya, (dari) Ramadhan hingga Ramadhan (berikutnya) adalah penghapus dosa di antaranya, apabila ditinggalkan dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah z)


Rukun Berpuasa

a. Berniat sebelum munculnya fajar shadiq. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah n:

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya.” (Muttafaqun ‘alaih dari hadits ‘Umar bin Al-Khaththab z)
Juga hadits Hafshah x, bersabda Rasulullah n:

مَنْ لَمْ يَجْمَعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ

“Barangsiapa yang tidak berniat berpuasa sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan)
Asy-Syaikh Muqbil t menyatakan bahwa hadits ini mudhtharib (goncang) walaupun sebagian ulama menghasankannya.
Namun mereka mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu ‘Umar, Hafshah, ‘Aisyah g, dan tidak ada yang menyelisihinya dari kalangan para shahabat.
Persyaratan berniat puasa sebelum fajar dikhususkan pada puasa yang hukumnya wajib, karena Rasulullah n pernah datang kepada ‘Aisyah x pada selain bulan Ramadhan lalu bertanya: “Apakah kalian mempunyai makan siang? Jika tidak maka saya berpuasa.” (HR. Muslim)
Masalah ini dikuatkan pula dengan perbuatan Abud-Darda, Abu Thalhah, Abu Hurairah, Ibnu ‘Abbas dan Hudzaifah ibnul Yaman g. Ini adalah pendapat jumhur.
Para ulama juga berpendapat bahwa persyaratan niat tersebut dilakukan pada setiap hari puasa karena malam Ramadhan memutuskan amalan puasa sehingga untuk mengamalkan kembali membutuhkan niat yang baru. Wallahu a’lam.
Berniat ini boleh dilakukan kapan saja baik di awal malam, pertengahannya maupun akhir. Ini pula yang dikuatkan oleh jumhur ulama1.
b. Menahan diri dari setiap perkara yang membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Telah diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim hadits dari ‘Umar bin Al-Khaththab z bahwa Rasulullah n bersabda:

إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَهُنَا وَأَدْرَكَ النَّهَارُ مِنْ هَهُنَا وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

“Jika muncul malam dari arah sini (barat) dan hilangnya siang dari arah sini (timur) dan matahari telah terbenam, maka telah berbukalah orang yang berpuasa.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Puasa dimulai dengan munculnya fajar. Namun kita harus hati-hati karena terdapat dua jenis fajar, yaitu fajar kadzib dan fajar shadiq. Fajar kadzib ditandai dengan cahaya putih yang menjulang ke atas seperti ekor serigala. Bila fajar ini muncul masih diperbolehkan makan dan minum namun diharamkan shalat Shubuh karena belum masuk waktu.
Fajar yang kedua adalah fajar shadiq yang ditandai dengan cahaya merah yang menyebar di atas lembah dan bukit, menyebar hingga ke lorong-lorong rumah. Fajar inilah yang menjadi tanda dimulainya seseorang menahan makan, minum dan yang semisalnya serta diperbolehkan shalat Shubuh.
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas c bahwa Rasulullah n bersabda:

الْفَجْرُ فَجْرَانِ فَأَمَّا اْلأَوَّلُ فَإِنَّهُ لاَ يُحْرِمُ الطَّعَامَ وَلاَ يُحِلُّ الصَّلاَةَ وَأَمَّا الثَّانِي فَإِنَّهُ يُحْرِمُ الطَّعَامَ وَيُحِلُّ الصَّلاَةَ

“Fajar itu ada dua, yang pertama tidak diharamkan makan dan tidak dihalalkan shalat (Shubuh). Adapun yang kedua (fajar) adalah yang diharamkan makan (pada waktu tersebut) dan dihalalkan shalat.” (HR. Ibnu Khuzaimah, 1/304, Al-Hakim, 1/304, dan Al-Baihaqi, 1/377)
Namun para ulama menghukumi riwayat ini mauquf (hanya perkataan Ibnu ‘Abbas c dan bukan sabda Nabi n). Di antara mereka adalah Al-Baihaqi, Ad-Daruquthni dalam Sunan-nya (2/165), Abu Dawud dalam Marasil-nya (1/123), dan Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Tarikh-nya (3/58). Juga diriwayatkan dari Tsauban dengan sanad yang mursal. Sementara diriwayatkan juga dari hadits Jabir dengan sanad yang lemah.
Wallahu a’lam.

1 Cukup dengan hati dan tidak dilafadzkan dan makan sahurnya seseorang sudah menunjukkan dia punya niat berpuasa, red


Siapa yang Diwajibkan Berpuasa?

Orang yang wajib menjalankan puasa Ramadhan memiliki syarat-syarat tertentu. Telah sepakat para ulama bahwa puasa diwajibkan atas seorang muslim yang berakal, baligh, sehat, mukim, dan bila ia seorang wanita maka harus bersih dari haidh dan nifas.
Sementara itu tidak ada kewajiban puasa terhadap orang kafir, orang gila, anak kecil, orang sakit, musafir, wanita haidh dan nifas, orang tua yang lemah serta wanita hamil dan wanita menyusui.
Bila ada orang kafir yang berpuasa, karena puasa adalah ibadah di dalam Islam maka tidak diterima amalan seseorang kecuali bila dia menjadi seorang muslim dan ini disepakati oleh para ulama.
Adapun orang gila, ia tidak wajib berpuasa karena tidak terkena beban beramal. Hal ini berdasarkan hadits ‘Ali bin Abi Thalib z bahwa Rasulullah n bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: عَنِ الْمَجْنُوْنِ حَتَّى يَفِيْقَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَعَنِ الصَّبِي حَتَّى يَحْتَلِمَ

“Diangkat pena (tidak dicatat) dari 3 golongan: orang gila sampai dia sadarkan diri, orang yang tidur hingga dia bangun dan anak kecil hingga dia baligh.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Meski anak kecil tidak memiliki kewajiban berpuasa sebagaimana dijelaskan hadits di atas, namun sepantasnya bagi orang tua atau wali yang mengasuh seorang anak agar menganjurkan puasa kepadanya supaya terbiasa sejak kecil sesuai kesanggupannya.
Sebuah hadits diriwayatkan Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz x:
“Utusan Rasulullah n mengumumkan di pagi hari ‘Asyura agar siapa di antara kalian yang berpuasa maka hendaklah dia menyempurnakannya dan siapa yang telah makan maka jangan lagi dia makan pada sisa harinya. Dan kami berpuasa setelah itu dan kami mempuasakan kepada anak-anak kecil kami. Dan kami ke masjid lalu kami buatkan mereka mainan dari wol, maka jika salah seorang mereka menangis karena (ingin) makan, kamipun memberikan (mainan tersebut) padanya hingga mendekati buka puasa.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sementara itu, bagi orang-orang lanjut usia yang sudah lemah (jompo), orang sakit yang tidak diharapkan sembuh, dan orang yang memiliki pekerjaan berat yang menyebabkan tidak mampu berpuasa dan tidak mendapatkan cara lain untuk memperoleh rizki kecuali apa yang dia lakukan dari amalan tersebut, maka bagi mereka diberi keringanan untuk tidak berpuasa namun wajib membayar fidyah yaitu memberi makan setiap hari satu orang miskin.
Berkata Ibnu Abbas c:
“Diberikan keringanan bagi orang yang sudah tua untuk tidak berpuasa dan memberi makan setiap hari kepada seorang miskin dan tidak ada qadha atasnya.” (HR. Ad-Daruquthni dan Al-Hakim dan dishahihkan oleh keduanya)
Anas bin Malik z tatkala sudah tidak sanggup berpuasa maka beliau memanggil 30 orang miskin lalu (memberikan pada mereka makan) sampai mereka kenyang. (HR. Ad-Daruquthni 2/207 dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya 7/204 dengan sanad yang shahih. Lihat Shifat Shaum An-Nabi, hal. 60)
Orang-orang yang diberi keringanan untuk tidak berpuasa namun wajib atas mereka menggantinya di hari yang lain adalah musafir, dan orang yang sakit yang masih diharap kesembuhannya yang apabila dia berpuasa menyebabkan kekhawatiran sakitnya bertambah parah atau lama sembuhnya.
Allah k berfirman:

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajib baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 184)
Demikian pula bagi wanita hamil dan menyusui yang khawatir terhadap janinnya atau anaknya bila dia berpuasa, wajib baginya meng-qadha puasanya dan bukan membayar fidyah menurut pendapat yang paling kuat dari pendapat para ulama.
Hal ini berdasar hadits Anas bin Malik Al-Ka’bi z, bersabda Rasulullah n:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ نِصْفَ الصَّلاَةِ وَالصَّوْمَ وَعَنِ الْحُبْلَى وَالْمُرْضِعِ

“Sesungguhnya Allah telah meletakkan setengah shalat dan puasa bagi orang musafir dan (demikian pula) bagi wanita menyusui dan yang hamil.” (HR. An-Nasai, 4/180-181, Ibnu Khuzaimah, 3/268, Al-Baihaqi, 3/154, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t)
Yang tidak wajib berpuasa namun wajib meng-qadha (menggantinya) di hari lain adalah wanita haidh dan nifas.
Telah terjadi kesepakatan di antara fuqaha bahwa wajib atas keduanya untuk berbuka dan diharamkan berpuasa. Jika mereka berpuasa, maka dia telah melakukan amalan yang bathil dan wajib meng-qadha.
Di antara dalil atas hal ini adalah hadits Aisyah x:

كَانَ يُصِيْبُنَا ذَلِكَ فَنُأْمَرُ بِقَضَاءِ الصِّيَامِ وَلاَ نُأْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ

“Adalah kami mengalami haidh lalu kamipun diperintahkan untuk meng-qadha puasa dan tidak diperintahkan meng-qadha shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Segala Sesuatu Yang Kita Miliki Merupakan Karunia Allah

07.52 Edit This 0 Comments »
Dunia di mana kita hidup, Allah menganugerahkan banyak pertolongan bagi manusia. Semua kebutuhan makhluk hidup disediakan dengan mudah; tiada sesuatu apapun yang terlewat.
Sebagai contoh; mari kita berpikir tentang diri kita. Dari saat kita bangun tidur, kita memerlukan banyak hal dan menemukan beragam keadaan. Singkatnya, kita dapat bertahan hidup karena banyaknya pertolongan yang dilimpahkan kepada kita.
Kita mampu bernapas; segera setelah kita bangun tidur. Kita tidak pernah mengalami kesulitan dalam melakukannya, hal tersebut disebabkan oleh karena sistem pernafasan kita dapat berfungsi dengan baik.

Kita mampu melihat; segera setelah kita membuka mata kita. Pemandangan yang jauh serta jelas, semuanya dalam bentuk tiga dimensi dan penuh dengan warna-warni, dapat dilihat dengan mata kita, tentu saja hal ini disebabkan oleh karena desain mata kita yang unik.
Kita mencicipi beragam rasa. Kebutuhan yang berbeda-beda akan vitamin, mineral, karbohidrat atau protein yang terkandung dalam makanan yang kita makan, serta bagaimana kelebihan nutrisi ini disimpan atau digunakan di dalam tubuh tidak pernah merisaukan kita. Lagi pula, kita hampir tidak pernah memikirkan bahwa terjadi proses yang rumit di dalam tubuh kita.

Ketika kita memegang suatu benda dengan tangan kita, kita langsung dapat mengetahui apakah benda tersebut lembut atau keras. Terlebih lagi, kita tidak perlu berpikir untuk melakukan hal ini. Banyak hal-hal kecil seperti itu yang terjadi dalam tubuh kita. Organ-organ tubuh yang bertanggung jawab untuk melaksanakan hal-hal ini mempunyai mekanisme yang rumit. Fungsi tubuh manusia hampir sama seperti sebuah pabrik yang besar dan kompleks. Tubuh ini merupakan salah satu anugerah terbesar yang diberikan kepada manusia semenjak manusia menjadi khalifah di muka bumi ini.
Dalam hal ini, ada sebuah pertanyaan yang perlu dijawab: bagaimanakah bahan baku yang diperlukan untuk mengoperasikan “pabrik” ini disediakan? Dengan kata lain, bagaimana air, udara, dan semua nutrisi yang penting untuk kehidupan tersedia?
Mari kita berpikir tentang buah-buahan dan sayur-sayuran. Semangka, melon, ceri, jeruk, tomat, lada, nenas, murbei, anggur, terong...semuanya berasal dari biji-bijian dan tumbuh dalam tanah, dan biji-biji tersebut kadang-kadang memiliki struktur yang keras seperti kayu. Walaupun demikian, sambil mempertimbangkan hal-hal ini, kita harus menjauhi kebiasaan cara berpikir dan menerapkan metode yang berbeda. Dengan membayangkan nikmat rasa serta bau buah arbei atau bau buah melon yang tidak pernah berubah. Pikirkan, berapa banyaknya waktu dan energi yang dihabiskan dalam laboratorium guna menghasilkan bau yang sama dan tentang percobaan-percobaan yang berulang kali dilakukan tetapi selalu gagal. Tentu saja, hasil yang diperoleh oleh para ilmuwan di dalam laboratorium membuktikan bahwa tidak ada yang lebih baik selain imitasi gagal mereka; apabila dibandingkan dengan pasangan alamiahnya. Beragam rasa, bau dan warna di alam justru memberikan tanda-tanda yang tak tertandingi.

Bahwa semua sayuran dan buah-buahan memiliki bau dan rasa tersendiri serta mempunyai ciri khas warna yang berbeda-beda merupakan hasil kreasi yang diciptakan khusus untuk mereka. Hal itu semua merupakan karunia yang diberikan Allah atas manusia.
Hampir sama dengan hal di atas, binatang juga diciptakan untuk manusia. Terlepas dari kegunaannya sebagai makanan, manusia melihat bahwa bentuk fisik binatang-binatang tersebut memberikan daya tarik tersendiri. Ikan, batu karang, bintang laut yang menghiasi kedalaman laut dengan warna-warnanya yang indah, beragam burung yang habitatnya memesonakan atau kucing, anjing, lumba-lumba dan penguin...mereka semua merupakan karunia Allah. Allah menekankan hal ini dalam banyak ayat:
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. 45:13)

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 16:18)
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. 14:34)

Makhluk hidup yang telah dijelaskan di atas hanyalah merupakan sebagian kecil dari karunia dan keindahan yang Allah limpahkan. Ke mana saja kita berjalan, kita melintasi hasil ciptaan yang mencerminkan tanda-tanda kebesaran Allah. Allah adalah Maha Pemberi Rezeki, Maha Halus, Maha Dermawan, Maha Baik.
Sekarang, lihatlah sekeliling anda dan berpikirlah. Dan jangan pernah menafikan kenyataan bahwa segala sesuatu yang anda miliki merupakan karunia untuk anda dari sang Pencipta diri anda.

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (QS. 16:53)

Kisah Mengagumkan Kehidupan Lebah Madu

02.05 Edit This 0 Comments »
Seseorang yang meneliti segala penjuru alam semesta - dari galaksi raksasa di ruang angkasa hingga mahluk hidup di alam, dan dari tubuhnya sendiri hingga sel kasat mata – akan mendapati suatu perencanaan sempurna dalam tatanan maupun rancangannya. Setiap jengkal alam semesta dipenuhi oleh bukti yang nyata dan pasti: FAKTA PENCIPTAAN.
Beragam pekerjaan yang dilakukan para hewan dan perilaku yang mereka perlihatkan, hanya mungkin terjadi karena adanya hikmah, ilmu, pengalaman dan keahlian yang luar biasa. Pengamatan sederhana sebenarnya sudah cukup untuk memahami bahwa sifat-sifat unggul ini bukanlah berasal dari hewan itu sendiri. Indera penunjuk arah sempurna pada burung yang bermigrasi ribuan kilometer, kemegahan arsitektur jaring laba-laba, pembagian kerja dan kerjasama luar biasa dalam koloni semut, serta rancangan geometris menakjubkan pada sarang lebah madu adalah sedikit dari beragam contoh lain yang tak terhitung jumlahnya…
Allah membentangkan tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan-Nya melalui contoh-contoh ini. Dia memperlihatkan ilmu, hikmah dan kesempurnaan-Nya yang tak terbatas melalui makhluk hidup dan tak hidup ciptaan-Nya.
Beragam organisme besar dan kecil, dari burung hingga reptil, dan dari ikan paus hingga serangga, memperlihatkan perilaku yang sungguh menakjubkan. Bahkan manusia, yang menganggap dirinya lebih bijak, berilmu dan cerdas, ternyata tak mampu menyaingi keahlian mereka.
Kisah lebah madu, yang akan kita simak berikut ini, hanyalah satu di antara berbagai mahluk hidup dengan perilaku mereka yang membuat manusia berdecak kagum.
Lebah adalah serangga mungil yang tidak mampu berpikir. Akan tetapi mereka mampu menyelesaikan sejumlah pekerjaan besar yang tak terbayangkan sebelumnya. Setiap pekerjaan tersebut membutuhkan perhitungan dan perencanaan khusus. Sungguh mengagumkan bahwa kecerdasan dan keahlian yang demikian ini ada pada setiap ekor lebah. Namun, yang lebih hebat lagi adalah ribuan lebah bekerjasama secara teratur dan terencana dalam rangka mencapai satu tujuan yang sama, dan mereka melaksanakan bagian pekerjaan mereka masing-masing secara penuh dan sungguh-sungguh tanpa kesalahan sedikitpun.
Kesulitan terbesar dalam pengorganisasian sekelompok orang untuk bekerja secara bersama adalah penyiapan jadwal kerja serta pembagian tugas dan tanggung jawab. Dalam sebuah pabrik, misalnya, terdapat struktur jabatan yang rapi di mana para pekerja melapor pada mandor, para mandor melapor pada insinyur, para insinyur melapor pada manajer pelaksana dan para manajer pelaksana melapor pada manajer umum. Pengoperasian pabrik yang efisien memerlukan banyak tenaga kerja dan dana; pembuatan rencana jangka panjang dan pendek; serta pengumpulan data statistik. Produksi dilakukan berdasarkan rencana produksi yang telah disiapkan sebelumnya, dan pengawasan kualitas dilakukan di setiap tahapannya. Setiap insinyur, manajer dan manajer pelaksana memperoleh pendidikan dan pelatihan khusus dalam jangka waktu tertentu sebelum ditempatkan pada posisi mereka masing-masing.
Akan tetapi, setelah segala persyaratan ini dipenuhi dan sistem organisasinya telah terbentuk, hanya beberapa ratus tenaga kerja saja yang mampu bekerja bersama secara harmonis.
Demikianlah, pembentukan kerja sama di antara beberapa ratus manusia cerdas dengan gagasan mereka masing-masing memerlukan perencanaan yang rumit dan biaya mahal. Namun, puluhan ribu lebah mampu membangun sistem organisasi sempurna yang tak tertandingi oleh masyarakat manusia.
Tidak seperti manusia, lebah tidak mendapatkan pendidikan atau pelatihan apapun. Begitu lebah lahir, ia dengan segera melaksanakan tugas yang dibebankan padanya.
Karyawan pabrik bekerja untuk mendapatkan gaji pada akhir bulan. Sementara itu, seekor lebah tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pekerjaan yang ia lakukan. Pekerjaan yang dilakukan karyawan pabrik, baik sebagai pekerja biasa ataupun manajer pelaksana, terbatas hanya pada jam kerja tertentu dan mereka berhak mendapatkan masa liburan. Sebaliknya, lebah bekerja sepanjang hidup, tanpa istirahat, demi kepentingan dan kebaikan sesamanya.
Tidak diragukan lagi, Allah, Dia-lah yang menjadikan masing-masing dari puluhan ribu lebah tersebut bekerja harmonis tanpa henti, layaknya roda-roda gigi dalam sebuah mesin. Dalam sebuah ayat, Allah mengingatkan manusia tentang segala nikmat yang Allah berikan kepada manusia melalui hewan ciptaan-Nya: “Dan Kami tundukkan binatang–binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat–manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS. Yaasiin, 36:72-73)
Rata-rata, sekitar 60-70 ribu lebah hidup dalam sebuah sarang. Walaupun populasi yang demikian padat, lebah mampu melakukan pekerjaannya secara terencana dan teratur rapi.
Suatu koloni lebah umumnya terdiri dari lebah pekerja, pejantan dan ratu. Lebah pekerja boleh dikata mengerjakan seluruh tugas dalam sarang. Sejak saat dilahirkan, para lebah pekerja langsung mulai bekerja, dan selama hidup, mereka melakukan berbagai tugas yang berganti-ganti sesuai dengan proses perkembangan yang terjadi dalam tubuh mereka. Mereka menghabiskan tiga hari pertama dalam hidup mereka dengan membersihkan sarang.
Kebersihan sarang sangatlah penting bagi kesehatan lebah dan larva dalam koloni. Lebah pekerja membuang seluruh bahan berlebih yang ada dalam sarang. Saat bertemu serangga penyusup yang tak mampu mereka keluarkan dari sarang, mereka pertama-tama membunuhnya. Kemudian mereka membungkusnya dengan cara menyerupai pembalseman mayat. Yang menarik di sini adalah dalam pengawetan ini lebah menggunakan bahan khusus yang disebut “propolis”. Propolis adalah suatu bahan istimewa karena sifatnya yang anti bakteri sehingga sangat baik digunakan sebagai pengawet.
Bagaimana lebah tahu bahan ini adalah yang terbaik sebagai pengawet, dan bagaimana mereka mampu menghasilkannya dalam tubuh mereka ?
Propolis adalah bahan yang hanya dapat dihasilkan dalam kondisi laboratorium dengan teknologi dan tingkat pengetahuan ilmu kimia yang cukup tinggi. Nyata bahwa lebah sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang ini, apalagi laboratorium dalam tubuhnya.
Lebih jauh lagi, lebah pekerja bertanggung jawab memeriksa sel–sel yang akan digunakan sang ratu untuk meletakkan telurnya. Selain itu, lebah pekerja juga bertugas mengumpulkan kotoran yang ada dalam sel-sel yang telah ditinggalkan oleh para larva yang telah lahir, serta membersihkan sel penyimpan makanan. Lebah–lebah tersebut juga mengatur kelembaban dan temperatur di dalam sarang, jika dibutuhkan, dengan kipasan angin melalui kepakan sayap mereka pada pintu masuk sarang.
Penting untuk diketahui bahwa seluruh tugas yang membutuhkan spesialisasi ini dilakukan oleh lebah pekerja berumur 3 hari yang bertanggung jawab dalam kebersihan.
Lebah pekerja menghabiskan waktunya setelah 3 hari pertama tersebut dengan merawat para larva. Saat mereka menjadi lebih dewasa, beberapa kelenjar sekresi dalam tubuh mereka mulai berfungsi; ini memungkinkan mereka untuk merawat larva. Seluruh tugas yang berhubungan dengan perawatan larva ini dikerjakan oleh lebah pekerja yamg berumur 3 sampai 10 hari. Mereka memberi makan sebagian larva dengan royal jelly, dan sebagian lagi dengan campuran madu-serbuk sari. Mahluk hidup yang baru lahir ini telah mengetahui tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan memiliki pengetahuan untuk mengerjakannya dengan cara yang sangat profesional.
Sang lebah berganti tugas saat ia tumbuh lebih dewasa. Ketika mencapai hari ke 10 dari masa hidupnya, kelenjar penghasil lilin dalam perut lebah pekerja mendadak telah matang sehingga ia mampu menghasilkan lilin. Pada saat itulah seekor lebah menjadi pekerja pembangun sel-sel penyimpan madu dengan menggunakan lilin.
Fenomena ini memunculkan banyak pertanyaan. Bagaimana mungkin seekor makhluk hidup yang baru saja lahir, dan, lebih dari itu, yang tidak memiliki kecerdasan dan pengetahuan ini benar-benar memahami seluruh tugas yang menjadi tanggung jawabnya? Bagaimana tubuh seekor hewan tiba–tiba dapat teradaptasikan untuk merawat dan memberi makan larva dengan berfungsinya beberapa kelenjar sekresi, padahal sesaat sebelumnya ia terprogram untuk melakukan tugas kebersihan? Bagaimana seekor lebah, yang 4 atau 5 hari sebelumnya adalah larva, dapat berpikir dan merencanakan segala tugasnya tersebut? Bagaimana tubuhnya dapat dengan tiba–tiba menghasilkan lilin dan berubah menjadi pekerja konstruksi? Padahal konstruksi bangunan ini didasarkan pada penghitungan rumit dan sangat tepat, yang tak akan mampu dilakukan oleh manusia sekalipun.
Tidak ada keraguan, tidaklah mungkin lebah itu sendiri yang melakukan perhitungan berdasarkan kecerdasannya sendiri. Begitulah, ini adalah bukti nyata bahwa setiap fase dalam hidupnya, lebah tunduk pada hikmah dan kekuasaan Penciptanya. Lebah menjalani setiap saat dalam hidupnya dengan ilham yang diberikan oleh Allah, Pencipta Yang Mahaperkasa.

UJIAN DUNIA SEBAGAI ORANG MUSLIM

08.37 Edit This 0 Comments »
Mengapa ada orang yang berpikir dunia itu bak fatamorgana di gurun pasir yang panas. Mengapa juga ada orang yang dengan sebegitunya membanggakan kehidupan duniawinya. Ada yang sangat puas dengan apa yang dilakukannya hari ini. Ada pula yang terus berjuang dan berupaya memperbaiki diri untuk membuat sesuatu yang terbaik dalam hidupnya.

Yah….semuanya tidak bisa disalahkan. Begitulah kiranya karakter manusia. Tuhan menciptakan semuanya penuh dengan keseimbangan. Ada malam ada siang. Pria-Wanita. Jahat-Baik. Kaya-Miskin. Hidup-Mati. Kita tidak bisa merasakan andai kata hanya satu unsur saja yang tercipta. Pasti tak kan tercipta keseimbangan dan keharmonisan. Timbul kebosanan dalam waktu sekejap. Bahkan kehancuran.

Itulah salah satu tanda-tanda kebesaran Tuhan yang bisa kita lihat dan rasakan. Seseorang dikatakan beriman jika kita tlah melewati ujian-ujian dan rintangan2 yang begitu tajam, berlika-liku dan penuh penderitaan. Disinilah kualitas dan komitmen manusia dipertaruhkan. Ada yang baru merangkak sudah jatuh tersungkur. Ada yang berdiri dan melangkah sedepa, sudah tersandung dan terjungkal ditengah jalan. Ada pula yang sampai ditengah2 perjalanan, lantas memutuskan untuk berhenti karena terbujuk kenikmatan sesaat. Ada pula yang sukses melewatinya. Dengan zuhud. Dengan ke-istiqomahannya. Dengan jiwa dan hati yang pasrah, tunduk, tawadhu’ karena mengharap surgaNya. Inilah the Real Moslem. Tidak setengah-setengah. Ia berjalan lurus kedepan mengikuti jalan Tuhan nya. Melaksanakan amalan-amalan mulia. Sangat takut akan siksa nerakaNya. Hati, mata, telinga, tangan, dan kaki dan semua bagian tubuhnya ia serahkan untuk beribadah kepadaNya.

Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah termasuk dalam orang2 ”the Real Moslem”?

Apakah masih tertatih-tatih dan sesekali tersungkur karena melihat kenikmatan dunia, mencoba sedikit merasakannya? Ataukah kita termasuk orang yang sudah sampai di separuh perjalanan, dan berniat membelokkannya karena sudah terlalu capek. Terlalu berat dengan agenda dakwah. Terlalu merasa dikorbankan. Terlalu besar pengorbanan yang dikeluarkan: dana, tenaga, pikiran,dll. Na’udzubillah.

Sampai dimanapun tahapan kita, satu yang terbaik adalah kita terus maju dengan pasti. Walau kita lambat atau terlambat, tapi kalau kita menjalankannya tidak setengah-setengah (all out), tidak tolah-toleh, maka insyaallah kemenangan hati kan kita raih. Saat ini, tidak ada kata terlambat. Seberapapun usia kita, tingkat pendidikan kita, tidaklah mengurangi rasa dan keinginan untuk melakukan kebaikan. Lakukan sekarang juga. Saat ini. Hari ini. Jam ini. Dan detik ini juga. Semoga perubahan yang kita lakukan sekarang ini, dapat memberikan dampak yang terbaik bagi kejayaan Islam kedepannya.

ILMU CAHAYA KEHIDUPAN

09.20 Edit This 0 Comments »

Bumi tanpa cahaya matahari akan hampa dan kehidupan akan binasa. Begitulah ibarat hati manusia, tanpa cahaya ilmu hati akan sakit dan mati. nah seseorang yang hatinya mati, dia tidak tahu tentang Rabb-nya, tidak menyembah-Nya, tidak mencintai apa yang seharusnya dicintai-Nya dan tidak mencari Ridlo-Nya. Tetapi dia hanya menuruti ambisi syahwat walaupun di sana akan mendatangkan kemarahan Rabb-Nya. Dia tidak peduli apakah Rabb-Nya ridlo atau murka yang penting dia telah melampiaskan syahwat dan keinginannya.

Ilmu adalah kehidupan dan cahaya sedangkan kebodohan adalah kematian dan kegelapan. Timbulnya kesengsaraan adalah sebab kegelapan dan kematian. Adapun sebab kebahagiaan adalah karena adanya cahaya dan kehidupan. Karena cahaya dapat menampakkan hakikat segala sesuatu.oleh karena itu carilah kebahagian hidup dan terangilah dengan ilmu-ilmu agama selalulah sirami hati dengan cahaya ilmu yang bermanfaat, tingkatkan selalu dengan menghadiri majelis ilmi, mendatangi ulama, mengkaji berbagai buku-buku yang berkaitan dengan agama dan perkembanganya. ketahuilah sebenarnya ilmu juga bisa melenyapkan berbagai macam penyakit hati, melembutkan kekerasan watak, dan mengikis dari sifat sombong dan akhirnya jadilah hati tersebut bersih, sehat dan selamat.

seorang yang berilmu jika dihadapkan dengan permasalahan ia akan dengan sangat bijak sana dalam menyikapinya, tidak sembarangan dalam bertindak, dan memutuskan dengan sangat matang, Jadi orang yang memiliki banyak ilmu, tidak disangsikan lagi akan dapat menghasilkan tafakur yang berbobot, dan allah akan melebihkan derajatnya dibanding yang lain, sebagai mana firman allah:

allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Qs. Mujadilah, 58:11)

ilmu adalah nikmat allah yang paling besar, dengannya kita bisa mengenal keesaan tuhan yang satu-satunya pencipta untuk semua yang ada didunia, dengan ilmu pula kita menyembahnya, mengagungkanya. Walaupun memang harta, pangkat dan jabatan adalah nikmat yang selalu diburu oleh manusia akan tetapi semua itu tidak memperkenalkan kita kepada tuhan, malah kesemuaan itu bisa menyesatkan kita kejalan yang nista dan jauh dari pada cahaya ilahi.

Prof. Dr. Hamka berkata

Ilmu itu tiang untuk kesempurnaan akal. Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah bahagia. Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup,bertambah datanglah celaka.".

Islam banyak menjelaskan bahwa ilmu memiliki posisi diatas segala-galanya, didalam sebuah riwayat rasulullah saw menerangkan sebagai berikut:

Anshar bertanya kepada Rasulullah saw.,"Wahai Rasulullah, jika ada orang yang meninggal dunia bertepatan dengan acara majlis ulama, manakah yang lebih berhak mendapatkan perhatian?". Jika telah ada orang yang mengantar dan menguburkan jenazah itu, maka menghadiri majlis ulama itu lebih utama daripada melayat seribu jenazah. Bahkan ia lebih utama daripada menjenguk seribu orang sakit, atau shalat seribu hari seribu malam, atau sedekah seribu dirham pada fakir miskin, ataupun seribu kali berhaji; bahkan lebih utama daripada seribu kali berperang di jalan Allah dengan jiwa dan ragamu!. Tahukah engkau bahwa Allah dipatuhi dengan ilmu, dan di sembah dengan ilmu pula?. Tahukah engkau bahwa kebaikan dunia dan akhirat adalah dengan ilmu, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah dengan kebodohan?.

Pemilik ilmu dimanapun ia akan selalu dimuliakan

Tuntutlah ilmu karena allah ta’ala, perdalamlah selalu karena ilmu tidak akan merugikan, ilmu membawa pada kemuliaan pemiliknya didunia, meninggikan martabatnya dimata masyarakat, dan akan selalu dihormati dimanapun ia langkahkan kakinya. Jika sipemilik ilmu pergi berdakwah menyampaikan ilmunya ditengah-tengah manusia, maka disitu ilmunya akan mengangkat martabatnya diantara banyak manusia, karena mereka akan tertarik kepada kebenaran ucapanya yang selalu mengikut sertakan dalil-dalil nyata, lemah lembut dan penuh kesopanan dalam menyampaikan kebenaran hingga selalu menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia

Maka seorang penuntut ilmu yang berjalan di atas hujjah, ia mengetahui dalil-dalil syar'iyah, mengetahui hukum-hukum Islam dan mengamalkannya, tetap tegak kepalanya di mana saja dan tetap terhormat di mana saja, lebih-lebih di tengah-tengah jama'ahnya dan penduduk negerinya bila mereka mengetahui keilmuan dan wejangannya serta kejujuran dan kehati-hatiannya. Sebab, itulah faktor-faktor yang menyebabkannya terhormat, bahkan menjadi dokter yang bijaksana yang menyeru ke jalan Allah dengan hujjah dan kelembutan

Orang yang demikian akan tegak kepalanya dan dihormati di mana saja, di desa atau kabilah atau lainnya jika ia berperilaku dengan ilmu, baik perkataan maupun perbuatan, jauh dari perilaku fasik dan karakter orang-orang jahat.(perlu perbaiki)

Kesimpulan

Tuntutlah ilmu, hiasi dan terangilah hati dengan cahaya ilmu, dan kobarkanlah selalu semangat dalam menuntut ilmu, allah selalu membuka jalan bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu, jalan orang yang menuntut ilmu tak ubahnya seperti ia berjalan melangkahkan kakinya kesurga. setelah dewasa dalam ilmu kemudian amalkanlah!! karena pada hakikatnya ilmu tidak hanya untuk diketahui akan tetapi juga diterapkan dalam kehidupan keseharian, Rasulullah SAW pun menegaskan pentingnya mengamalkan ilmu yang telah kita miliki dengan sabdanya::

"Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalannya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka ".wallahu a'lam

KETENANGAN JIWA

09.12 Edit This 0 Comments »
Ketenangan jiwa adalah sumber bagi kebahagiaan. Seseorang individu tidak akan mengalami perasaan yang bahagia sekiranya jiwanya tidak tenang.
Hakikat perjalanan hidup yang dilayari, semakin jauh direntasi maka semakin banyak peristiwa yang dihadapi. Banyak persoalan kehidupan yang menyebabkan manusia merasa bimbang, resah dan gundah. Tanggung jawab juga semakin banyak yang perlu dilaksanakan dan menyebabkan pemikiran manusia perlu memikirkan bagaimana ia perlu dilaksanakan selain persoalan-persoalan yang perlu dijawab. Setiap individu secara relatifnya memiliki banyak tanggungjwab berbanding dengan nisbah kemampuannya dari segi tenaga, masa dan material. Sebagaimana Al-syahid Imam Hassan Al-Banna mengatakan bahawa "Kewajipan itu lebih banyak dari waktu yang ada."

Secara logiknya, apabila berhadapan dengan banyak persoalan dan tanggungjawab yang perlu diselesaikan tentulah seseorang itu sukar untuk mempunyai jiwa yang tenang. Selagi tanggungjawab tersebut tidak diselesaikan secara lumrahnya agak mustahil untuk dia merasa tenang. Walau bagaimanapun, kita memaklumi bahawa selagi manusia itu tidak berhenti bernafas, selagi itulah masih wujud perkara yang perlu difikirkan dan diselesaikan. Maka di sini timbul persoalan, bagaimanakah seseorang manusia boleh memiliki ketenangan jiwa saudara?

Adakah harta kekayaan, kemasyhuran atau segala nikmat yang wujud di dunia ini boleh menjadi mekanisme yang baik bagi seseorang manusia dapat memiliki ketenangan jiwa? Sebenarnya, semuanya ini memang memungkinkan. Ia berlaku apabila semua kelebihan dan kebaikan ini diurus dengan baik dan dibelanjakan dengan cara yang diredai Allah. Cuma lumrahnya, harta kekayaan yang dimiliki lebih menjadi suatu dugaan kepada seseorang. Apabila seseorang berhadapan dengan sesuatu dugaan tentulah lazimnya hatinya akan keresahan, seperti seseorang yang berada dalam peperangan. Dia mungkin menang di dalam dugaan tersebut, dan barangkali juga dia kecundang.

Ketenangan jiwa yang hakiki sebenarnya adalah anugerah yang diturunkan oleh Allah s.w.t. dan terserap ke dalam hati-hati orang yang beriman. Ketenangan jiwa bagi orang-orang yang beriman menjadikan mereka mempunyai hati yang teguh dan mantap berbanding dengan orang lain yang mengalami kegoncangan perasaan. Gabungan ketenangan dan keimanan yang terletak di dalam hati seseorang akan mewujudkan keyakinan yang tinggi pada ketika orang lain mengalami perasaan ragu-ragu dan syak wasangka. Gabungan ini juga akan menghasilkan kesabaran dan ketabahan yang jitu pada ketika orang lain mengalami keluh kesah.

Ketenangan seperti inilah yang dimiliki oleh Rasulullah s.a.w. ketika baginda berhijrah bersama sahabat baginda Saydina Abu Bakar Al-Siddiq. Tidak ada perasaan cemas, berduka cita, kebimbangan atau sebagainya. Dan keadaan mereka berdua ini disebut dalam firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
"Sesungguhnya Allah telah menolongnya (Muhammad), ketika orang-orang kafir mengusirnya, mereka hanya berdua sahaja ketika mereka berada di dalam gua. Pada kala itu dia berkata kepada temannya: Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita."

Maka di sini timbul persoalan, “mengapakah orang beriman lebih berhak merasakan ketenangan jiwa dan ketenteraman hati?” sedangkan secara logiknya manusia boleh merasakan kedamaian jiwa apabila dia bijak menguruskan pembahagian tugas dengan masa yang ada padanya, tidak kira sama ada dia seorang Islam ataupun bukan. Mengapa orang yang tidak beriman tidak boleh memiliki ketenangan atau kedamaian jiwa yang hakiki?

Orang beriman lebih mampu memiliki kedamaian di hatinya atau dianugerahi perasaan tersebut kerana yang paling utama dia telah menerima fitrah kemanusiaan yang Allah tanamkan dalam dirinya dengan ikhlas. Dia menerima dengan reda perjalanan hidup yang sesuai dengan fitrahnya sebagai seorang manusia. Fitrah manusia merasa lapar dan kenyang, dahaga dan segar, sakit dan sihat, kecewa dan gembira dan sebagainya. Dia akur dan ikhlas menerima keadaan yang yang dialami. Umpamanya, apabila dia merasa dahaga dia tidak merungut dengan rasa tidak selesa tekaknya. Atau apabila dia merasa lapar, dia tidak akan bersungut dengan bunyi keroncong perutnya. Dia menyedari bahawa itulah fitrah seorang manusia yang dahaga atau lapar.

Sebaliknya, bagi manusia yang menolak fitrah ini, dia hanya mahu menerima keadaan yang menyenangkan dirinya dan enggan untuk menerima perasaan yang tidak selesa bagi dirinya. Apabila seseorang manusia menerima fitrah ini, dia sebenarnya mengenali dirinya, asal usul kewujudannya dengan rasa insaf dan mengetahui tujuan hidupnya. Selanjutnya, dia mengetahui tugas dan kewajipannya terhadap Pencipta yang menjadikannya. Semuanya ini memberi maksud bahawa dia mengenali Allah s.w.t sebagai Penciptanya.

Maka, kebahagiaan dan ketenangan yang hakiki tidak akan berlaku kepada manusia yang tidak mengenal dirinya dan tidak mengenal Tuhannya. Allah swt telah berfirman yang seiringan dengan hal ini yang firman itu bermaksud;
"Orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah melupakan mereka terhadap dirinya sendiri."

Berhubung dengan keadaan mengenali atau tidak mengenali seorang hamba terhadap Tuhannya, hakikatnya di dalam setiap diri manusia telah wujud fitrah kemanusiaan yang mengiktiraf kewujudan Tuhan sebagai tempat yang patut disembah dan dirujuk. walaupun pada zahirnya dia dilihat sebagai tidak mengenali Tuhannya sebagaimana firman Allah swt yang bermaksud;
"Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, maka lenyaplah dari ingatanmu apa yang kamu puja selain dari Allah."

Di sebalik keadaan tersebut, orang yang beriman lebih bebas dari keraguan yang menyiksakan hati dan dirinya. Dia mempunyai keyakinan yang teguh terhadap pengiktirafannya terhadap Allah s.w.t. sebagai Tuhan yang wajib disembah. Dia meyakini bahawa Allah s.w.t telah mencipta dan membentuk manusia dengan rupa yang baik dan sempurna, mulia dan memiliki ciri-ciri yang istimewa. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia ini telah melayakkan manusia untuk menjadi khalifah yang bertanggungjawab untuk mengurus, mentadbir, memimpin dan memakmurkan bumi ini. Mukmin yang beriman menerima watikah ini berserta dengan hukum yang diturunkan kepadanya. Maka, dia akan melaksanakan amanah dan tanggungjawab ini dengan penuh keimanan, dengan pegangan yang ampuh dalam hidup yang penuh cubaan dan kecurigaan ini.

Lanjutan dari perkara ini, orang yang beriman mengetahui antara kebaikan dan kejahatan; antara keadilan dan kezaliman; antara yang hak dengan yang batil; antara yang mengelirukan dengan yang nyata. Suka dan duka pada orang beriman adalah suatu fitrah yang datang silih berganti dan bukan sebagai noktah dalam penghidupan. Dia akan menganggapnya hanya sebagai suatu titik permulaan atau sekadar perhentian sementara. Orang yang beriman mendatangi hidup pada hari ini adalah suatu kerjaya, untuk mencapai keselesaan dan kebahagiaan dalam kehidupan mendatang, yang lebih meyakinkan dan kekal. Dia amat meyakini kehidupan dunia akan datang yang setiap orang akan menerima balasan usahanya, dan tidak disisihkan walau barang secebis.

Bagi orang yang beriman juga, dia meyakini bahawa penciptaan dirinya bukanlah suatu perkara yang sia-sia. Penciptaan setiap manusia itu sendiri merupakan suatu nikmat yang tiada terperi dan kewajipannya pula adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan di tengah umat manusia.

Namun demikian, bagi mereka yang tidak beriman, sentiasa diselimuti kegelapan batin, kehairanan dan berada dalam keadaan yang ragu. Persepsi mereka terhadap kehidupan sangat kabur, mencemaskan dan menakutkan. Keadaan ini akan mengakibatkan kegelisahan yang berulang-ulang dan semakin menebal. Pendirian golongan ini juga tidak tetap, tidak tegas dan tidak meyakinkan.

Keadaan mereka yang tidak meyakinkan, tidak akan berubah selagi mereka tidak mengusahakan diri mereka untuk mencapai keimanan. Allah berfirman yang antaranya bermaksud;
"Dan sesiapa yang membelakang (menyangkal) dari mengingati Aku (Allah), sudah tentu akan memperoleh kehidupan yang sukar dan sempit. Kami akan mengumpulkan mereka nanti pada hari Kiamat menjadi orang buta. Dia berkata: Wahai Tuhanku! Mengapa aku Engkau kumpulkan menjadi orang yang buta, sedangkan ketika aku di dunia aku seorang yang mampu melihat? Maka Allah pun menjawab: Begitulah! Keterangan-keterangan Kami telah datang kepadamu, tetapi engkau melupakan (engkau tidak mempedulikan). Dan begitulah pada hari ini, engkau Kami tidak endahkan pula."

Pendirian yang meyakinkan dan tegas sebagaimana pendirian tegas orang-orang yang beriman hanya lahir apabila manusia menjadikan al-Qur'an sebagai sumber kehidupan dan sunnah Rasulullah sebagai mekanismenya. Sebagaimana maksud firman Allah;
"Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya dan Kitab yang terang. Dengan itu, Allah memimpin sesiapa yang mehu mengikut keredaan-Nya ke jalan kedamaian, dan mereka dikeluarkannya dengan izin-Nya dari kegelapan kepada cahaya yang terang, dan mereka dipimpin-Nya ke jalan yang lurus."

Mereka yang jelas dengan jalan yang bakal ditempuhi tidak akan merasa gentar dengan apa yang bakal mereka lalui. Kebimbangan tidak wujud di dalam hati mereka disebabkan mereka hanya memohon keredaan daripada Allah s.w.t. Sebagaimana pengulangan yang disebut oleh orang beriman di dalam solat yang didirikan yang bermaksud, "Pimpinlah kami ke jalan yang lurus" Jalan yang disebutkan di dalam firman Allah sebagai;
"Sesungguhnya, inilah jalanku yang lurus, maka turutlah jalan itu. Dan janganlah kamu turut jalan-jalan yang lain, kerana nanti kamu akan terpisah dari jalan Allah. Itulah yang diperinthakan Tuhan kepada kamu, supaya kamu bertakwa."

Selain itu juga orang yang beriman yang dianugerahi ketenangan jiwa adalah disebabkan dia amat mengetahui dan meyakini bahawa dia tidak sekali-kali atau barang sedetik dalam keadaan terpencil dan terasing. Dia merasa bahawa Tuhan Maha Pencipta berada amat hampir dengan diri dan hatinya. Walau di mana dia berada, dia akan sentiasa merasakan bahawa Tuhan berada di sampingnya, dia amat meyakini dengan sebuah firman Allah yang berbunyi:
"Timur dan Barat itu kepunyaan Allah. Sebab itulah, ke mana sahaja kamu menghadapkan mukamu, maka di situlah wajah Allah. Sesungguhnya, Allah itu luas kurnianya dan Maha Mengetahui."

Dan Allah swt juga turut berfirman;

"Dia (Allah) ada bersama kamu di mana sahaja kamu berada, dan Allah itu melihat dengan terang apa yang kamu lakukan."

Dia akan melahirkan ikatan perasaan tersebut dengan memuji, bertasbih dan tunduk kepada Tuhannya tanpa putus sebagai tanda kecintaannya terhadap Tuhannya. Sebagaimana pujian dan tasbih yang dilakukan oleh segala makhluk yang berada di sekitarnya sepertimana firman Allah yang bermaksud;
"Langit yang tujuh, bumi dan apa yang ada di dalamnya, bertasbih memuji Tuhan. Segala sesuatu, semuanya bertasbih memuji Tuhan, tetapi kamu tiada mengerti tasbih (pujian) mereka. Sesungguhnya Tuhan itu Penyantun dan Pengampun."


Dan ciri-ciri istimewa yang pasti dimiliki oleh mereka yang beriman, tiada konflik dalam diri mereka antara persimpangan istilah "jikalau" dan "seandainya".

Pengeluhan dan kekecewaan adalah punca utama mengapa manusia lazimnya terhalang jauh dari memiliki ketenangan jiwa. Manusia yang senantiasa memikirkan perkara yang telah berlaku tanpa memperbaiki dirinya pada hari ini dan untuk persediaan mendatang, sebenarnya hanya menzalimi dirinya sendiri. Dia seolah-olahnya hanya meletakkan beban demi beban di pundaknya disebabkan kekecewaan demi kekecewaan yang berlaku dalam perjalanan hidupnya. Dia hanya akan menyatakan, "kalaulah aku tidak melakukannya, sudah pasti aku tidak akan melalui nasib yang sebegini…" ataupun "jikalau aku melakukan begitu dan begini, sudah pasti aku akan menerima keuntungan begitu dan begini…"

Ini sebenarnya sebahagian sikap orang-orang munafik yang diterangkan di dalam firman Allah;

"Orang yang munafik yang mengatakan kepada rakan-rakannya, dan mereka sendiri tinggal di belakang: Kalau sekiranya mereka mengikut kita, tentulah mereka tidak akan mati terbunuh. Katakan: Cubalah hindarkan kematian itu dari dirimu kalau kamu memang orang-orang yang benar."

Demikianlah jawapan bagi suatu persoalan, bagaimanakah ingin memiliki ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa hanya dapat diperolehi dengan hanya satu cara, yakni beriman dengan Allah. Dan keimanan itu disertai dengan akal budi yang diasaskan kepada petunjuk Allah swt. Dengan rasional seorang manusia yang bersumberkan tauhid kepada Allah. Dengan kekuatan emosi yang berpegang teguh dengan al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Memiliki pendirian yang tegas sebagai mukmin sejati.

Menatap putri kecil tercinta yang baru lahir, kembali melihat sesosok bayi kecil yang bahagia dengan ketidak berdayaan yang dimilikinya, pasrah dengan apa yang terjadi, karena mereka tidak memiliki daya dan upaya dalam melakukan apa yang mereka inginkan. dalam sosok kecil bayi kita melihat adanya sebuah ketenangan jiwa yang menyebabkan kebahagian bagi dirinya sendiri dan orang disekitarnya.

Ketenangan jiwa adalah sumber bagi kebahagiaan. Seseorang individu tidak akan mengalami perasaan yang bahagia ketika jiwanya tidak tenang atau gelisah. Hakikat perjalanan hidup yang kita jalani, Semakin kita melangkahkan kaki dalam kehidupan semakin banyak masalah yang datang dan pergi.Karena banyaknya persoalan kehidupan yang menyebabkan manusia merasa bimbang, resah dan gundah.

Secara logikanya, apabila berhadapan dengan banyak persoalan dan tanggungjawab yang perlu diselesaikan tentulah menyebabkan seseorang sukar untuk mempunyai jiwa yang tenang. Bagaimanakah kita bisa memiliki ketenangan jiwa membawa kebahagian, banyak orang kesulitan merasa bahagia, meskipun badannya sehat, secara meteri berkecukupan, dan keluarganya lengkap. bahagia atau sengsara sebetulnya berasal dari diri sendiri. Pada dasarnya semua kejadian di dunia (termasuk perilaku orang lain dan peristiwa yang tak terduga) adalah netral. Manusia yang dikaruniai pikiran punya kebebasan untuk menilai apakah suatu kejadian itu negatif atau positif. Ketidak bahagiaan terjadi karena kita belum bisa mengambil hikmah dari suatu kejadian, akibatnya diri kita sendiri yang menderita, meskipun kejadian yang memicunya sudah berlalu.

Ketenangan jiwa melahirkan sebuah kebahagian yang murni, seseorang yang memiliki ketenangan jiwa mereka tegar dan mantap menghadapi segala permasalahan hidup yang ada. Ketenangan jiwa tidak akan bisa kita miliki jika kita memiliki prasangka buruk, atau selalu berfikiran negatif.

Diantara emosi negatif yang sering menjadi penyebab sulitnya merasa bahagia atau jiwanya tidak tenang adalah :

* Rasa dendam, marah, benci, sakit hati kepada seseorang.
* Merasa ingin “protes” kepada Tuhan
* Tidak bisa menerima takdir / kejadian pahit di masa lalu.
* Tidak bisa memaafkan seseorang secara penuh.
* Ingin dilahirkan sebagai (ingin menjadi) orang lain.
* Selalu merasa kekurangan
* Sudah berkecukupan, tapi selalu takut jatuh miskin, takut bangkrut / dipecat
* Dan fikiran negatif lainya

Ketenangan jiwa yang melahirkan kebahagian berawal dari kepasrahan total manusia terhadap sang pencipta, menerima apapun yang telah dimilikinya, dan semangat untuk memperbaikinya bukan merubah seseuatu yang tidak mungking. kebahagiaan dan ketenangan yang hakiki tidak menghampiri manusia yang tidak mengenal dirinya dan tidak mengenal Tuhannya. betapun kaya orang itu, betapapun berkuasa orang itu. kita harus yakin bahwa kehadiran kita di dunia bukanlah suatu yang sia-sia. Ketenangan jiwa tidak sejalan dengan ketakutan. Selama kita khawatir, kita tidak akan bisa melihat Ketenangan jiwa yang ada di sekitar kita. Ketakutan cenderung membuat kita melakukan hal yang justru menjauhkan kita dari Ketenangan jiwa itu sendiri.

Belakangan ini banyak sekali orang yang berada dalam ketakutan. Ketakutan muncul ketika kita tidak mau melepaskan kontrol akan apa yang akan terjadi. Hal ini dapat mendorong kita untuk melakukan sesuatu yang justru akan menjatuhkan kita ke hal yang kita takuti tersebut. Maka bila anda tertimpa musibah yang perlu anda lakukan pertama adalah menemukan ketenanga jiwa anda, lalu kemudian kemungkinan pemecahan masalah akan keluar secara otomatis dalam benak anda, jika tidak ada ketengan dalam jiwa anda, maka yang terjadi mungkin anda akan menambah masalah anda sendiri.

Dalam hal ini anda bisa mencoba beberapa cara untuk mendapat ketenangan jiwa;
1. Selalu Teguh dan Percaya Kepada TUhan YME
2. Tidak memaksakan diri di luar batas kemampuan.
3. Ringan tangan, suka menolong, dan dermawan . Tidak melihat diri. Tidak melihat apa yang telah dia keluarkan bagi orang lain. Bermanfaat bagi orang banyak.
4. Lapang dada, Jauhkan Hati dari dengki, iri hati, dendam, takabur, prasangka buruk, dan semacamnya.
5. Berlaku santun dan tidak tergesa-gesa. Terburu-buru dan reaktif terhadap situasi yang mengelilinginya merupakan tanda ketidaktenangan jiwa. Dengan berfikir jernih, terencana, dan tidak gegabah, jiwa menjadi tenang.
6. Menambah ilmu. Wawasan menjadi luas, tidak berpikiran sempit.
7. Menerima terhadap pembagian yang diterimanya.
8. Sabar dan tegar menerima ujian.
9. Meyakini di balik ujian ada pelajaran dan setelah kesusahan pasti ada kegembiraan.
10. Hidup Bersosialisai dengan masyaratkat sekitar. Penelitian menyatakan hidup mengisolir diri atau individual adalah sumber berbagai penyakit kejiwaan
11. Memperbanyak teman, melenyapkan permusuhan.
12. ulet, tekun, konsisten, teguh memegang prinsip, dan bersungguh-sungguh. Tangguh.
13. Tidak mengemis kepada orang lain
14. Menjauhi Utang
15. Optimis & Selalu berpikir positf. Percaya diri. Tidak berputus asa. Pantang menyerah. Ibarat dian yang tak kunjung padam. Betapapun rintangan menghadang. Sebab, optimisme tanpa kerja keras tak ubahnya mimpi.

Dalam mencari ketenangan jiwa kita juga harus bisa menyeimbangangkan antara Hati dan Akal, Adapun hati, ia melampaui dimensi ruang dan waktu, seringkali hati bersikap irasional, namun kerapkali pula ia terbukti benar jika kita melakukannya. Kebanyakan kita saat ini cenderung menafikan hati karena mereka beranggapan kebenarannya tidak dapat diverifikasi. Persoalan yang kita hadapi (Termaksud saya) terkadang rasio masih mendominasi hati. Kita sangat rasional, sehingga pertimbangan-pertimbangan faktual yang kita tengah pikirkan mengkhawatirkan kemampuankita sendiri. Rasio kita yang rasional-logis tidak yakin bahwa kamu dapat bertahan di tengah persaingan atau kerasnya kehidupan.

Hanya saja, ketika rasio dengan pertimbangan-pertimangan rasional dan logisnya-menyimpulkan bahwa kita TIDAK MUNGKIN bertahan, atau MUSTAHIL mencapai apa yang kita inginkan, bisa jadi itu akan membuat jiwa kita lelah, lemas, putus asa, dan menyesali hidup. Kita mungkin menyesali dilahirkan sebagai kita. ‘Seandainya aku terlahir kembali, aku ingin menjadi ….,’ khayal kita sambil mengingat-ingat seorang tokoh idola, atau orang yang kita anggap sukses secara sosial, ekonomis, atau genetis-menurut ukuran positivisme. Meskipun, tentu saja, kalau kita terlahir kembali dengan ‘aku’ yang kita inginkan, kita akan mempunyai ribuan persoalan baru yang berbeda dengan ‘aku’ yang dulu, yang juga akan membuat kita gelisah.

Di sinilah peran hati mengisi ketidakberdayaan rasio. ketika kita menyeimbangkan hati agar kita bersedia, rela, ikhlas, dan mampu mengembalikan kekuatan maksimum rasio yang pada akhirnya tak berdaya kepada Tuhan, karena hanya hatilah yang mampu melihat hal-hal yang tidak dapat dibaca rasio. Cara hati bekerja adalah MEMPERCAYAI, dan MEYAKINI, sedangkan rasio bekerja dengan MEMBUKTIKAN. Kepercayaan dan keyakinan diasah melalui apa yang telah sudah kamu kerjakan. Hati yang terasah dengan baik akan menghasilkan kepasrahan dan keyakinan ntinya adalah pasrah, tawakal, jangan berhenti berharap.

Demikian pemaparan yang saya dapatkan ketika melihat ke pasrahan bayi, yang membuat ketenangan pada jiwanya, yang akan membawa kita menuju suatu kebahagian hidup, bukan pada melimpahnya harta, kekuasaan, Jabatan, Tapi kita tidak pungkiri banyak jiwa-jiwa manusia yang resah dan tidak tenang, dan berujung kepada ketidak bahagiaan hidup. bagaimanapun juga ini adalah sebuah pemaparan pribadi bukan pembentukan opini publik, karena saya hanya mempelajari dari gerak dan keberadaan putri saya yang baru lahir, dan bagaimanapun semua kembali berpulang kepada kebebasan anda untuk berfikir sesuai dengan tuntunan rasio dan hati anda, semoga tulisan ini dapat sedikit membawa inspirasi bagi kehidupan kita yang lebih baik.

RENUNGAN : UNTUK APA HIDUP DIDUNIA ?

08.20 Edit This 0 Comments »

” Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku..” (QS Adzdzariyat :56)
Pertanyaan penting yang kedua adalah untuk apa hidup. Mencari arti hidup adalah sangat penting. Siapapun yang tidak memiliki misi hidup, hidupnya akan terombang-ambing, tidak jelas, dan dipastikan tidak berarti. Hanya mereka yang memiliki misi hiduplah yang akan berarti dalam hidup, berarti buat dirinya , juga buat orang lain. Manusia tanpa misi bagaikan hewan , yang hanya hidup , karenya nyawanya ada. Hidup hewan tidak lebih berputar sekitar lahir, makan, cari makan, seksual, melahirkan anak, buang air ….
Manusia yang hidup tanpa misi bagaikan hewan. Inilah yang disindir oleh Allah SWT dalam Al Qur’an, mereka disebut bagaikan hewan , bahkan lebih dari hewan. Ciri mereka : tidak mau berpikir, meskipun sudah diberikan akal (qolbu). Tidak mau menggunakan mata untuk melihat kebenaran. Telinga seakan ditutup tidak mau mendengar kebenaran.
Persoalannya bagaimana cara manusia mencari misi hidupnya. Logikanya, yang paling tahu untuk apa kita hidup , tentu saja yang menciptakan kita, Allah swt. Allah-lah yang Maha Tahu, paling mengerti untuk apa kita hidup, untuk apa Dia menciptakan kita. Adalah sangat logis kalau kita mencari arti hidup dengan melihat firman Allah SWT di Al Qur’an. Dengan sangat jelas, Allah swt menyebutkan misi hidup utama kita adalah beribadah. Firman Allah swt : “” Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku..” (QS Adzdzariyat :56)”
Ibnu Abbas menafsirkan ayat di atas dengan: agar mereka (jin dan manusia) menetapi ibadah kepada-Ku. Ibn al-Jauzi menafsirkan ayat di atas dengan: agar mereka tunduk dan merendahkan diri kepada-Ku. (Zâd al-Masîr, 8/43). Maksud ayat di atas adalah agar mereka menjadi hamba Allah, melaksanakan hukum-Nya, dan patuh pada apa yang ditetapkan Allah kepada mereka (Ibn Hazm, Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwâ’ wa an-Nihal, 3/80). Inilah hakikat ibadah. Ibadah tidak lain adalah mengikuti dan patuh, diambil dari al-‘ubûdiyyah; seseorang hanya menyembah Zat Yang ia patuhi dan Yang dia ikuti perintah (ketentuan)-Nya (Ibn Hazm, al-Ihkâm fî Ushûl al-Ahkâm, 1/90).
Ringkasnya, makna ibadah adalah tunduk dan patuh kepada hukum-Nya. Inilah ibadah dalam pengertian yang luas, yakni taat kepada kepada seluruh aturan Allah swt. Taat kepada Allah artinya tunduk kepada seluruh aturannya. Mulai dari ibadah mahdoh seperti sholat, zakat, puasa, haji. Termasuk juga aspek mu’amalah seperti ekonomi, politik, keluarga, pendidikan.
Makna Ibadah diatas juga berarti merupakan penolakan terhadap seluruh aturan yang bukan berasal dari Allah SWT. Sebab, beribadah semata-mata kepada Allah SWT, artinya semata-mata diatur oleh hukum Allah SWT. Menjadikan hukum selain Allah sebagai hukum, berarti bermakna menyembah selain kepada Allah SWT.
Dengan demikian manusia yang punya misi hidup untuk beribadah, bukan hanya mengikuti Allah swt di masjid, di sajadah, di Baitul haram saat berhaji. Tapi juga saat di kantor, di kursi parlemen, di meja pengadilan. Orang punya misi ibadah karenanya tidak hanya rajin ibadah tapi juga tidak korupsi, tidak membuat kebijakan yang mensengsarakan rakyat. Dia bukan hanya melempar setan pada saat jumroh di Tanah Haram, tapi juga memusuhi setan di tanah air.
Misi hidup inilah yang nanti akan dituntut pertanggungjawabannya oleh Allah swt. Layaknya seorang presiden yang diberikan mandat oleh parlemen, setelah tugas selesai, yang memberikan mandat akan bertanyak kepada sang Presiden, sejauh mana dia telah melaksanakan mandat itu. Nasib presiden pun ditentukan apakah dia bisa bertanggungjawab atau tidak. Dengan ‘ibadah’ ini nanti juga akan menentukan nasib kita di Yaumil Akhir, meraih surga atau dicampakkan Allah Swt di neraka jahannam yang keras.
Misi hidup untuk beribadah inilah yang akan menghantarkan dia pada ultimate goal seorang muslim yakni meraih ridho Allah swt. Kerinduan puncak seorang muslim, saat Kekasih Tercintanya memanggil dengan penuh ridho, sementara diapun ridho kepada Allah swt.: Firman Allah SWT :
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ(27)ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً(28)فَادْخُلِي فِي عِبَادِي(29)وَادْخُلِي جَنَّتِي
” Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jam’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku” ( QS Al Fajr : 27-30)
Tanbihul Ghofilin
Imam Bukhori Muslim meriwayatkan dari Anas ra. Dari Rosulullah Saw. bahwa beliau pernah bersabda : ” Jenazah itu akan diikuti oleh tiga perkara, yakni keluarga,harta, dan amalnya. Yang dua perkara itu akan pulang, sedang yang akan tetap menemaninya hanya satu perkara. Keluarga dan hartanya akan pulang, sedangkan yang akan tetap menemaninya hanyalah amalnya,”
(dikutip dari buku Renungan Hidup Mantan Rocker Harry Moekty)

KEKUATAN HATI

05.54 Edit This 0 Comments »

Dalam berbagai training dan seminar motivasi, seringkali para motivator mengajarkan kita untuk selalu berpikir positif. Dalam berbagai tulisan, artikel dan buku-buku motivasi, para motivator dan penulis juga mengajarkan kita berpikir positif untuk meraih kesuksesan. Banyak orang sangat meyakini bahwa kekuatan pikiran positif dapat membawa manusia meraih kesuksesan dalam mencapai tujuannya. Memang, tidak diragukan lagi, kalau kekuatan pikiran positif ini dan membawa manusia pada kesuksesan dalam meraih tujuannya. Mereka yang dapat mengarahkan pikirannya selalu kearah positif, maka diyakini bahwa hasilnya adalah sesuatu kehidupan yang positif juga.

Meskipun demikian, kita sebagai manusia yang memiliki keyakikan keimanan kepada Allah, sebaiknya menyadari bahwa bukan hanya mengandalkan kekuatan otak semata, bukan hanya mengandalkan akal dan kekuatan pikiran semata. Karena sesungguhnya ada kekuatan lain yang lebih dahsyat dari kekuatan otak, akal dan pikiran. Kekuatan ini bukan hanya mengantarkan manusia meraih sukses namun juga mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup. Yakni kekuatan hati atau kekuatan hati yang positif, kekuatan hati yang jernih. Kekuatan hati ini memiliki kedahsyatan yang melebihi kekuatan pikiran manusia. Karena hati adalah rajanya, hatilah yang mengatur dan memerintahkan otak, pikiran dan panca indra manusia.

Tuhan melalui berbagai ajaran yang dibawa oleh para Nabi, maupun melalui kitab suci-NYA telah mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa mendengarkan suara hati nuraninya. Mengajarkan manusia untuk dapat memelihara kejernihan hatinya, sehingga sifat-sifat mulia yang tertanam dalam hati dapat memancar ke permukaan. Karena di dalam hati manusia sudah tertanam " built in" percikan sifat-sifat "Illahiah" dari Allah Tuhan Sang Pencipta Kehidupan. Diantara sifat-sifat mulia Allah yang tertanam dalam hati manusia adalah sifat kepedulian, kesabaran, kebersamaan, cinta dan kasih sayang, bersyukur, ikhlas, damai, kebijaksanaan, semangat, dan lain sebagainya. Karena itu sesungguhnya kekuatan hati ini sangat "powerfull" untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan.

Di dalam hati tempatnya pusat ketenangan, kedamaian, kesehatan, dan kebahagiaan sejati yang hakiki. Bahkan hati merupakan cerminan dari diri dan hidup manusia secara keseluruhan. Di dalam hati terdapat sumber kesehatan fisik, kekuatan mental, kecerdasan emosional, serta penuntun bagi manusia dalam meraih kemajuan spiritualnya. Hati menjadi tempat di mana sifat-sifat mulia dari Allah swt Sang Pencipta Kehidupan bersemayam. Hati adalah tempat dimana semua yang hal yang terindah, hal yang terbaik, termurni, dan tersuci berada di dalamnya.

Dengan demikian, kekuatan hati ini sangat "powerfull" dan sangat dahsyat dalam membawa manusia meraih sukses dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan. Hati yang jernih akan melahirkan pikiran-pikiran yang jernih dan pada akhirnya melahirkan tindakan-tindakan mulia berdasarkan suara hati nurani. Kejernihan hati dapat menjadikan manusia menjadi mampu betindak bijaksana, memiliki semangat positif, cerdas dan berbagai sifat-sifat mulia lainnya. Dengan hati yang jernih, kita dapat berpikir jernih dan menjalani kehidupan dengan lebih produktif, lebih semangat, lebih efisien dan lebih efektif untuk meraih tujuan.

Hati adalah kunci hubungan manusia dengan Tuhannya. Karena Hati adalah tempat bersemayamnya Iman, dengannya kita bisa berkomunikasi dengan sang Khaliq. Hati juga menjadi kunci hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang dilandasi kejernihan hati dapat menjadikan hubungan yang lebih sehat, baik dan konstruktif dengan siapapun. Karena hubungan yang dilandasi kejernihan hati akan mengedepankan kasih sayang, kejujuran, kebersamaan dan saling menghormati. Hubungan dengan manusia akan terasa menyenangkan, menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan demikian akan semakin banyak orang lain yang akan memberikan dukungan bagi kesuksesan kita.

Dalam meraih kesuksesan sebaiknya jangan hanya mengandalkan kekuatan otak semata. Karena otak atau pikiran merupakan sesuatu yang terbatas dan bersifat sementara. Berusahalah menggunakan kekuatan hati nurani, menggunakan kekuatan kejernihan hati dengan seimbang. Gunakanlah kekuatan hati yang positif, karena dialah sesungguhnya diri sejati Anda. Hatilah tempat sifat mulia Allah swt Sang Pencipta bersemayam di dalam diri kita. Dengan senantiasa menggunakan kekuatan hati, mendengarkan suara hati, akan membawa manusia menjalani kehidupan dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Kalau seseorang dapat merasakan kedamaian hati dan kebahagiaan hati, maka akan memiliki hidup yang penuh dengan Sukses dan kemuliaan.

Namun, berbagai godaan kehidupan modern seringkali dapat mengotori kejernihan hati. Sikap egoisme, mementingkan hawa nafsu, mengikuti ambisi meraih kekuasaan dengan menghalalkan segala cara dan berbagai emosi-emosi negatif seperti amarah, dendam, benci dan iri hati dapat menjadikan kejernihan hati terbelenggu, Hati yang terbelenggu cahaya kejernihannya tidak dapat memancar ke permukaan. Inilah yang dapat melemahkan kehidupan spiritual umat manusia. Kalau dibiarkan, dapat menjadikan kita semakin sulit mendengarkan bisikan hati dan lebih mempercayai atau mengandalkan kemampuan otak serta produk-produk pikiran atau akal semata. Inilah yang akan melahirkan ketidak seimbangan antara kemampuan nalar dengan hati nurani, sehingga melahirkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Lantas bagaimana agar kita dapat menjaga kejernihan hati dalam kehidupan modern ini ? Bagaimana dapat memelihara kejernihan hati sehingga cahayanya dapat memancar ke permukaan ? Buku "Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani Menuju Kehidupan Penuh Potensi" karya Eko Jalu Santoso yang diterbitkan Elex Media Komputindo, mengajarkan bagaimana menjaga kejernihan hati. Buku ini secara runtut membahas bagaimana proses penjernihan hati sampaimengaktifkan kekuatan hati. Sebagaimana komentar dari Dr. Muhammad Syafii Antonio, Chairmain Tazkia Business School yang mengatakan, "Buku ini dengan sangat baik mempetakan berbagai pola hidup yang melupakan hati, kemudian berusaha untuk menemukan suara hati yang murni lantas memberdayakannya. Jika hati sudah terberdayakan maka akan terciptalah revolusi diri dan revolusi kehidupan yang pada gilirannya revolusi ummat, berhijrah kearah yang lebih baik."

Sahabat semuanya, Jangan hanya mengandalkan kekuatan pikiran semata, tetapi dengarkanlah suara hati nurani Anda. Jadikanlah hati nurani Anda sebagai pembimbing dalam setiap langkah kehidupan. Berusahalah menagah kejernihan hati, agar rahmat dan berkah dari Allah senantiasa mengalir dan memberikan yang terindah untuk hati, perasaan dan seluruh diri kita. SEMOGA BERMANFAAT.