2. Jadi Wartawan Dada’an Emang Suu…Sah Co ooy…….?
17.42 Edit This 0 Comments »
Awal mula kami praktek mencari berita dilapangan, ketika itu tempatnya dilon-alon kota Kediri bersama temen- temen seangkatan komunikasi islam STAIN Kediri semester 6 dan juga didampingi oleh dosen jurnalistik kami. Pada saat itulah kami merasa menjadi seorang wartawan dadakan, saya mendapat pengalaman yang luar biasa sebab awalnya kami sama sekali buta dengan dunia jurnalistik dan saya tidak tau bagaimana caranya meliput sebuah berita.
Saat kami berada dilapangan, ternyata sangat jauh dengan bayanganku ketika masih belajar teori yang kami peroleh selama berada dibangku kuliah. Saat dilapangan kami harus bekerja keras dan ulet untuk mendapatkan suatu berita, ternyata ini sangat menarik dan merupakan tantangan bagi kami, sebab mulai mencari berita, mencari narasumber, wawancara dengan narasumber, hingga kami harus menuangkan dalam suatu tulisan tentu tidaklah mudah. Apalagi harus memenuhi beberapa kriteria seperti memiliki daya tarik, pengaruh yang besar terhadap pembaca, unik dan menimbulkan suatu emosi kata dosen kami, tetapi bagaimana kami bias memburu dan mendapatkan poin yang penting dan menarik tentunya harus banyak-banyak belajar dan praktek, dari sinilah kami banyak mengalami kekurangan-kekurangan untuk melengkapi data-data yang kami peroleh ketika meliput berita dilapangan.
Ketika kami mendapatkan berita, kepinginnya sih tema beritanya “kurangnya kesadaran membuang sampah di alon-alon” penulisan berita kepengennya cukup dari narasumber yang ketika itu kami wawancarai ada tiga orang yang bertugas sebagai tukang kebersihan dialon-alon. Ketika selesai and ngumpul ama temen-temen sambil nunggu setik, eh tiba-tiba dosen kami nanya, tadi kamu dapat berita apa……..? saya bilang, tentang kurang kesadaran pengunjung dilokasi alon-alon pak. Terus Tanya lagi; isinya menyangkut apa aja……..? kujawab ini…ini…ini, eh malah jadi amburradul, data yang didapat kurang, harus liput lagi…., ah……..capek deeeh !
Selain itu juga mental kami atau niatan kami untuk mencapai sesuatu, kurang kuat, ketika dilapangan boleh dikatakan kami pengecut banget, sering colang-colong alias tengak-tengok akhirnya memen yang kami inginkan lewat. Ketika mau memotret ditempat yang ramai terkadang minder dan malu dilihatin orang. Masalahnya kami pernah memotret didaerah yang cukup ramai pada saat kami bermaksud mengambil gambar tersebut sebagai penguat berita kami, malah banyak dilihat orang sambil mereka ribet …….. eh……ada wartawan…ada wartawan , ketika kami memotret ditempat yang kumuh yaitu tempat pedagang kaki lima dipinggir jalan gudang garam kediri eh banyak dilihatin orang juga….. apa mereka mengira kami dari SATPOL PP, kalau udah gitu kami siap-siap pindah tempat sebelum ada serandal melayang, kagak jadi cari narasumber, apalagi wawancara ama nara sumber. Selain itu juga materi pertanyaan untuk melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada narasumber terkadang jawaban narasumber tidak konek dengan pertanyaan kami, terkadang juga harus menunggu narasumber berjam-jam untuk bisa ketemu meskipun sebelumnya sudah kami kontak terlebih dahulu namun karena sesuatu hal hingga kami harus menunggu waktu luangnya sinarasumber. Dan juga pernah menemukan seorang penambang pasir disungai brantas paten kediri yang kami jadikan narasumber, ketika kami wawancarai tentang penghasilan mereka, keadaan keluarganya, dengan menggunakan alat perekam kadang terkesan sinarasumber mengalami ketakutan atau grogi memberikan jawaban pada kami, meskipun ketika kami wawancara sudah kami bikin waktu yang serilek mungkin.
Inilah pengalaman suka dan duka kami ketika terjun kelapangan demi mendapatkan sebuah berita, pengalaman dilapangan bagi kami telah banyak bahkan lebih banyak mengajar kami hingga kami harus berfikir yang lebih selektif lagi dan kami yakin semua itu perlu proses dan membutuhkan waktu.
Dari pengalaman melakukan kesalahan atau kurang afdholnya hasil peliputan kami, kami yakin semua ini akan membuat saya lebih awas dan memiliki sara atau trik-trik tersendiri dikemudian hari untuk menyiasati sesuatu hal yang kami inginkan.
Demikianlah kisah pengalaman suka dan duka kami ketika dilapangan mencari berita. Terimakasih banyak kepada dosen jurnalistik kami yang telah banyak meluangkan waktumya membimbing kami semoga apa yang diajarkan oleh beliyau dapat kami kembangkan dan kami akan selalu belajar dan belajar agar bisa bisa sukses.
Saat kami berada dilapangan, ternyata sangat jauh dengan bayanganku ketika masih belajar teori yang kami peroleh selama berada dibangku kuliah. Saat dilapangan kami harus bekerja keras dan ulet untuk mendapatkan suatu berita, ternyata ini sangat menarik dan merupakan tantangan bagi kami, sebab mulai mencari berita, mencari narasumber, wawancara dengan narasumber, hingga kami harus menuangkan dalam suatu tulisan tentu tidaklah mudah. Apalagi harus memenuhi beberapa kriteria seperti memiliki daya tarik, pengaruh yang besar terhadap pembaca, unik dan menimbulkan suatu emosi kata dosen kami, tetapi bagaimana kami bias memburu dan mendapatkan poin yang penting dan menarik tentunya harus banyak-banyak belajar dan praktek, dari sinilah kami banyak mengalami kekurangan-kekurangan untuk melengkapi data-data yang kami peroleh ketika meliput berita dilapangan.
Ketika kami mendapatkan berita, kepinginnya sih tema beritanya “kurangnya kesadaran membuang sampah di alon-alon” penulisan berita kepengennya cukup dari narasumber yang ketika itu kami wawancarai ada tiga orang yang bertugas sebagai tukang kebersihan dialon-alon. Ketika selesai and ngumpul ama temen-temen sambil nunggu setik, eh tiba-tiba dosen kami nanya, tadi kamu dapat berita apa……..? saya bilang, tentang kurang kesadaran pengunjung dilokasi alon-alon pak. Terus Tanya lagi; isinya menyangkut apa aja……..? kujawab ini…ini…ini, eh malah jadi amburradul, data yang didapat kurang, harus liput lagi…., ah……..capek deeeh !
Selain itu juga mental kami atau niatan kami untuk mencapai sesuatu, kurang kuat, ketika dilapangan boleh dikatakan kami pengecut banget, sering colang-colong alias tengak-tengok akhirnya memen yang kami inginkan lewat. Ketika mau memotret ditempat yang ramai terkadang minder dan malu dilihatin orang. Masalahnya kami pernah memotret didaerah yang cukup ramai pada saat kami bermaksud mengambil gambar tersebut sebagai penguat berita kami, malah banyak dilihat orang sambil mereka ribet …….. eh……ada wartawan…ada wartawan , ketika kami memotret ditempat yang kumuh yaitu tempat pedagang kaki lima dipinggir jalan gudang garam kediri eh banyak dilihatin orang juga….. apa mereka mengira kami dari SATPOL PP, kalau udah gitu kami siap-siap pindah tempat sebelum ada serandal melayang, kagak jadi cari narasumber, apalagi wawancara ama nara sumber. Selain itu juga materi pertanyaan untuk melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada narasumber terkadang jawaban narasumber tidak konek dengan pertanyaan kami, terkadang juga harus menunggu narasumber berjam-jam untuk bisa ketemu meskipun sebelumnya sudah kami kontak terlebih dahulu namun karena sesuatu hal hingga kami harus menunggu waktu luangnya sinarasumber. Dan juga pernah menemukan seorang penambang pasir disungai brantas paten kediri yang kami jadikan narasumber, ketika kami wawancarai tentang penghasilan mereka, keadaan keluarganya, dengan menggunakan alat perekam kadang terkesan sinarasumber mengalami ketakutan atau grogi memberikan jawaban pada kami, meskipun ketika kami wawancara sudah kami bikin waktu yang serilek mungkin.
Inilah pengalaman suka dan duka kami ketika terjun kelapangan demi mendapatkan sebuah berita, pengalaman dilapangan bagi kami telah banyak bahkan lebih banyak mengajar kami hingga kami harus berfikir yang lebih selektif lagi dan kami yakin semua itu perlu proses dan membutuhkan waktu.
Dari pengalaman melakukan kesalahan atau kurang afdholnya hasil peliputan kami, kami yakin semua ini akan membuat saya lebih awas dan memiliki sara atau trik-trik tersendiri dikemudian hari untuk menyiasati sesuatu hal yang kami inginkan.
Demikianlah kisah pengalaman suka dan duka kami ketika dilapangan mencari berita. Terimakasih banyak kepada dosen jurnalistik kami yang telah banyak meluangkan waktumya membimbing kami semoga apa yang diajarkan oleh beliyau dapat kami kembangkan dan kami akan selalu belajar dan belajar agar bisa bisa sukses.
0 komentar:
Posting Komentar