Media Sarana Efektif Kampanye

05.28 Edit This 0 Comments »
Pasca penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) oleh Komisi Pemilihan Umum akhir Oktober lalu, kini partai politik (parpol) peserta Pemilu 2009 dan para kandidat tengah berkonsentrasi pada pelaksanaan kampanye legislatif. Dibandingkan sebelumnya, kampanye kali ini berbeda.

Kampanye saat ini gebyarnya kurang dirasakan masyarakat karena bersifat tertutup, yaitu parpol hanya diperkenankan untuk menggelar pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, dan kampanye lewat media massa baik cetak maupun elektronik serta penyebaran bahan-bahan kepada khalayak umum, waktunya hingga akhir Februari 2009. Baru 1-10 Maret 2009 parpol diperbolehkan mengadakan rapat umum atau kampanye terbuka, tapi setelah itu hingga 5 April 2009 tertutup kembali.

Saat ini yang bisa disaksikan sebatas pemasangan atribut partai seperti bendera partai, umbul-umbul, pamflet, spanduk hingga baliho atau media luar ruang. Serta sebagian kecil iklan partai dan kandidat calon presiden baik yang dimuat di media cetak maupun yang ditayangkan di televisi dan radio.

Lantaran sifatnya yang lebih tertutup dan waktunya yang lebih panjang serta diikuti sebanyak 38 partai, masing-masing partai politik dituntut merancang strategi kampanye yang efektif dan cerdas agar menghasilkan perolehan suara yang maksimal. Apalagi kampanye tidak hanya menguras emosi dan tenaga tetapi juga menguras dana yang tidak sedikit.

Strategi kampanye politik yang efektif dan cerdas di era globalisasi saat ini terletak pada penggunaan media massa sebagai sarana kampanye, dan bukan pada cara-cara konvensional seperti mobilisasi massa, rapat umum maupun parade kendaraan bermotor.

Pada dasarnya semua media, baik cetak maupun elektronik sangat efektif sebagai sarana kampanye. Namun kalau dikerucutkan lagi tinggal tersisa tiga media yang kita anggap paling efektif, yaitu televisi, internet (virtual) dan mobile media atau short message service (SMS).

Kenapa pilihannya jatuh pada ketiga media tersebut? Ada beberapa alasan yang bisa dikemukakan. Pertama, media televisi hingga hari ini masih menjadi tempat terfavorit bagi para pengiklan (produsen) untuk mempromosikan produknya dibandingkan media lain seperti koran, majalah, tabloid, radio, bahkan bioskop dan outdoor (media luar ruang). Data Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia menyebutkan, televisi menyerap 61,1% kue iklan nasional, sedang surat kabar hanya 25,9%, radio 5,3%, majalah 4,2%, outdoor 2,2%, dan tabloid 1,3%.
Kenapa televisi menjadi favorit? Karena budaya membaca masyarakat kita mulai bergeser ke budaya menonton televisi. Tontonan televisi dianggap lebih menarik karena disajikan dalam bentuk gambar bergerak, sementara surat kabar atau majalah lebih banyak menampilkan kata-kata yang harus dibaca jika ingin mengetahui isinya.
Tentang efektivitas media televisi sebagai media kampanye dapat dilihat dari pencapaian tingkat popularitas Prabowo Subianto sebagai calon presiden yang diusung partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang hampir tiap hari menayangkan iklan politiknya di televisi. Berdasarkan hasil survei terakhir Lembaga Survei Indonesia yang dirilis baru-baru ini popularitas figur Prabowo mengalami kemajuan pesat, dari hampir tidak ada yang memilih pada September 2007 menjadi 5% pada September 2008. Ia menyodok ke peringkat empat di bawah SBY, Megawati dan Wiranto. Ia bahkan disebut-sebut akan memberikan “kejutan” di Pilpres mendatang.

Kedua, media virtual atau internet. Saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia ditaksir sekitar 26 juta hingga 27 juta orang. Media internet efektif dijadikan sebagai media kampanye selain karena bisa mengirim informasi dan pesan lebih cepat, ia juga dikenal hemat biaya jika dibanding dengan media cetak atau elektronik serta dapat menjangkau konstituen tanpa batas (borderless), bahkan masyarakat yang tinggal di luar negeri pun dapat mengaksesnya dengan mudah.

Itu sebabnya sangat bisa dimaklumi jika saat ini hampir semua partai politik di Indonesia memiliki situs (website) dan memanfaatkannya sebagai sarana kampanye untuk menyebarkan pesan-pesan dan isu-isu politiknya. Sebuah sumber menyebutkan, kurun waktu April 2006-April 2007, oplah koran turun 3% sedangkan siaran berita kehilangan sejuta pemirsanya. Namun sebaliknya, jumlah orang yang menggunakan internet untuk sumber berita justru meningkat.

Situs Digg.com, misalnya, pada April 2006 dibuka dua juta pengunjung, setahun kemudian, jumlah pengunjungnya menjadi 15 juta. Berita online rata-rata mengalami pertumbuhan pengunjung sebanyak 14% sedangkan pengunjung blog rata-rata bertambah 6%. Situs Google, Yahoo, AOL dan MSN, setiap bulan dibuka 100 juta pengunjung, jauh di atas pengunjung situs web jaringan televisi besar yang hanya 7,4 juta per bulan.
Dari data-data tersebut tergambar jelas, betapa media online internet bisa menjadi alternatif potensial bagi partai-partai politik untuk mengkampanyekan pesan-pesan dan agenda politiknya agar diketahui masyarakat calon pemilihnya. Caranya bisa dengan membuat website, blog, milist maupun chatting yang bisa diakses dengan cepat.
Ketiga, mobile media atau yang lebih dikenal dengan SMS yang dioperasikan lewat telepon seluler. Seperti diketahui, jumlah pengguna telepon seluler terus tumbuh, lalu lintas SMS pun melaju deras. Selain televisi dan internet, SMS juga bisa dipakai sebagai media kampanye yang efektif.

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) memperkirakan jumlah pengguna ponsel di Indonesia pada 2007 sedikitnya mencapai 75,6 juta pelanggan atau naik 20% dari pengguna tahun lalu 63 juta. Dari jumlah tersebut, 58 jutanya adalah pelanggan Telkomsel, sisanya milik Indosat, Excelcomindo dan perusahaan operator seluler lainnya. Dari 58 juta pelanggan Telkomsel tersebut, trafik SMS perharinya sekitar 300 juta SMS.

Hal ini terbukti dari lalu lintas SMS yang demikian pesat perkembangannya. Tahun lalu, setiap pelanggan hanya menggunakan 0,7 SMS per hari. Sekarang naik menjadi 3 SMS per pelanggan per hari.
Dengan data-data tersebut, tidak diragukan lagi bahwa SMS merupakan media yang tepat dan potensial sebagai penyebar pesan-pesan politik yang dilakukan oleh partai politik. Hanya dengan kata-kata secukupnya maka dalam waktu singkat akan bisa menyebar ke banyak orang, lalu dari orang yang menerima tersebut bisa diteruskan lagi ke orang lain sehingga jangkaunnya pun sangat luas. Dalam pilkada-pilkada sebelum ini jenis mobile media sudah banyak dipergunakan dan terbukti hasilnya sangat efektif.

Namun demikian, bukan berarti bahwa media lain semisal koran, majalah, tabloid, radio, dan media luar ruang tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai sarana kampanye. Dengan menggunakan media kampanye seluas dan sebanyak mungkin maka hasil yang diperoleh pun dipastikan akan lebih optimal lagi. Ibaratnya, menyebar jala ke banyak sisi danau akan sangat mungkin menghasilkan ikan yang lebih banyak daripada menyebar pada satu atau dua sisi saja.**

0 komentar: